LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI HEWAN
IDENTIFIKASI EKOSISTEM
SUNGAI/PERAIRAN TAWAR
Disusun Oleh :
NAMA : Anggi Pradana
NPM : 09321183
PRODI :
Pendidikan Biologi
SEMESTER : IV ( Empat )
KELAS : C
LABORATORIUM
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2011
I. Topik :Mengidentifikasi Ekosistem Sungai atau
perairan tawar
II. Hari/Tanggal : Kamis, 27 April 2011
III. Tujuan
: Dapat
Mengetahui secara kontekstual komponen ekologi dan peran masing- masing
komponen dan sungai /periran tawar
IV. KAJIAN PUSTAKA
v Menurut Campbell (2004;272) menyatakan bahwa Ekologi
organisme ( organismal ecology) berhubungan ddengan cara berperilaku fisiologis
dan morfolog is yang digunakan suatu orgamisme individual dalam menghadapi
tantangan yang d timbulkan oleh lingkungan abiotknya. Distribusi organisme
dibatasi oleh kondisi abiotik yang dapat ditoleriri oleh organisme tersebut.
v Menurut Soetjipta (1993:27) menyatakan bahwa sifat ekosistem adalah
universal,baik dalam ekosistem daratan maupun perairan ataupun ekosestem buatan
seperti sawah dan kebun.semuanya merupakan interaksi antara konponen –komponen
biotic dan abiotik yang mendukungnya keadaan ini mengakibatkan ekosestem
dinamis setiap perubahan suatu komponen akan berpengaruh terhadap komponen
lainnya.
v Menurut Sangiran (2004:83) menyatakan bahwa sejumlah penelitian
telah menggunakan nilai indeks keanekaragaman komunitas hewan bentos suatu
perairan untuk menentukan keadaan tercemar tidaknya perairan itu hewan bentos
umumnya terdiri atas mollusca,nematoda,dan ollygochaeta.
v Menurut
Anonimus (2011) Ciri-ciri ekosistem air tawar terdiri dari Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih
rendah dari kadar garam protoplasma organisme akuatik., Variasi suhu sangat rendah., Penetrasi cahaya matahari kurang. Dan Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Hampir semua golongan tumbuhan
terdapat pada ekosistem air tawar, tumbuhan tingkat tinggi (Dikotil dan
Monokotil), tumbuhan tingkat rendah (jamur, ganggang biru, ganggang hijau).
V. ALAT
DAN BAHAN
Alat :
1.
Alat tulis 8.
Derigen/plastik
2.
Ember 9.
Salinometer
3.
Planktonnet 10.
Stopwatch
4.
Botol 11.
Mikroskop
5.
Tali rafia 12.
Termometer
6.
Penggaris
panjang ( 1 m ) 13.
Gabus kecil
7.
Busur derajat
Bahan : Sungai – Sungai Yang Diidentifikasi
VI. CARA KERJA
1.
Mengukur
kecepatan arus
2.
Mengukur
kemiringan permukaan air
3.
Mengukur
tingkat kejernihan dan substrat dasar sungai (endapan)
4.
Mengukur
kedalaman dan lebar sungai
5.
Mengukur
salinitas air
6.
Mengukur suhu
air
VII. DATA HASIL PENGAMATAN
Data 1
Nama
Lokasi
|
Tingkat Kejernihan
|
Subtrat dasar ( endapan )
|
Salinitas
|
||||||
Bening
|
Keruh
|
Sangat
keruh
|
Lumpur
|
Serasah
|
Campuran
|
Ada
|
Tidak
|
||
Trimurjo
|
|
ü
|
|
ü
|
|
|
|
ü
|
|
16 c
|
ü
|
|
|
|
|
ü
|
|
ü
|
|
38 b
|
|
ü
|
|
|
ü
|
|
|
ü
|
|
Griya
|
|
ü
|
|
ü
|
|
|
|
ü
|
|
Swadaya
|
|
ü
|
|
|
|
ü
|
|
ü
|
|
Data 2
Nama Lokasi
|
Kecepatan
|
Kedalaman
|
Lebar
|
Suhu
|
Kemiringan
|
16 C
|
0,5 m/s
|
22 cm
|
12,5 m
|
27 0C
|
100
|
38 B
|
0,33 m/s
|
50 cm
|
11,5 m
|
28 0C
|
150
|
Griya Kebun
|
12,4 m/s
|
60 cm
|
11,2 m
|
28 0C
|
100
|
Pekalongan
|
1 m/s
|
90 cm
|
11 m
|
29 0C
|
100
|
Trimurjo
|
0,125 m/s
|
44 cm
|
44 cm
|
25 0C
|
100
|
Data 3
Nama lokasi
|
Gambar pengamatan dan nama
|
Spesifikasi habitat
|
Kadar Garam
|
Trimurjo
|
|
Air Tawar
|
0 %
|
16 c
|
|
Air tawar
|
0 %
|
38 b
|
|
Air tawar
|
0 %
|
Griya kebun
|
|
Air tawar
|
0 %
|
21 c
|
|
Air tawar
|
0 %
|
VIII. Deskripsi Data
Pada data I, Tingkat kejernihan sungai
di Trimurjo sangat keruh, dibandingkan sungai
16 C yang jernih, 38 B, Pekalongan, dan Griya Baca yang keruh. Kemudian
struktur substrat dasar pada sungai trimurjo dan Griya Baca adalah lumpur dan
sungai 38 B yaitu sampah, kemudian pada sungai di swadaya dan sungai di 16 C berisi kerikil dan
pasir. Dalam percobaan kali ini setiap sungai tidak mempunyai salinitas air
atau 0.
Pada tabel data II, di teliti
kecepatan, kedalaman, lebar sungai, suhu, dan kemiringan. Kecepatan pada masing
– masing sungai pasti berbeda – beda, pada sungai di trimurjo memiliki
kecepatan 0,125 m/s, sungai pekalongan 1 m/s, sungai griya kebun 0,5 m/s,
sungai 38 0,33 m/s, dan sungai di 16 C 0,5 m/s.
Kedalaman sungai trimurjo 44 cm,
kedalaman sungai pekalongan 90 cm, sungai griya kebun 60 cm, sungai 38 B 50 cm,
dan sungai 16 C 22 cm. Lebar sungai 16 C
12,5 m, lebar sungai 38 B 11,5 m, lebar
sungai griya kebun 11,2 m, sungai di pekalongan 11 m dan lebar sungai trimurjo
2,3 m. Suhu pada sungai pun berbeda – beda, suhu tertinggi yaitu pada sungai di
pekalongan, dan suhu terendah yaitu pada sungai di Trimurjo. Kemiringan 100
pada empat sungai, sedangkan pada sungai di 38 B 150.
Pada tabel data III, sungai di 16 C dan Sungai pekalongan terdapat
Cerratium fusus di sungai 38 terdapat
Tabellaria sp dan sungai Griya Kebun
terdapat Paramaecium, serta sungai di Trimurjo terdapat Cerratium fusus dan Cochlodinium
polykrikoides.
IX. PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan dan praktikum yang telah
dilaksanakan dalam pengidentifikasian ekosistem sungai atau perairan tawar, diketahui bahwa komponen
– komponen ekosistem sungai terdiri dari komponen biotik dan abiotik. komponen
abiotik yang berhasil diidentifikasi adalah : Kecepatan arus, kemiringan (
topografi ), substrat dasar, kedalaman, lebar, suhu, salinitas. Sedangkan untuk
komponen biotik yang berhasil diidentifikasi adalah : bentos, yaitu, Ceratium fusus, Cochlodinium, dan
Paramaecium.
Pada praktikum ini suhu air juga diukur, Suhu sangat
mempengaruhi habitat suatu mahluk hidup. Kadar salinitas pada setiap lokasi
yang diamati bernilai 0 artinya pada keseluruhan lokasi pengamatan air atau
sampel tidak mengandung kadar salinitas hal ini disebabkan oleh karena lokasi
yang diamati merupakan perairan tawar jadi wajar apabila tidak menandung kadar
salinitas yang tidak memenuhi syarat.
Untuk komponen biotic yang ditemukan pada keEmpat lokasi
pengamatan yang mendominasi adalah komponen biotic dengan spesifikasi bentos
karena pada perairan tawar seperti sungai,rawa,danau,dll bentos banyak tumbuh
dan berkembang di dalamnya hal ini disebabkan karena bentos tidak hidup di
daerah yang mengandung salinitas yang tinggi dan pada umumnya bentos juga hidup
di daerah yang tidak memiliki arus air atau perairan yang tidak berarus karena
jika ia hidup di perairan yang arusnya relatif tinggi maka, bentos tidak akan
bertahan lama karena ia ikut terbawa arus.
Bentos nilai indeks
keanekaragamannya digunakan untuk menentukan tercemar atau tidaknya suatu
perairan.komunitas yang tidak mengalami tekanan lingkungan (tidak
tercemar ), umumnya ditandai dengan nilai indeks keanekaragaman yang
tinggi,sebaliknya jika nilai indeks keanekaragamannya rendah menunjukan
perairan tersebut tercemar namun,hal itu tidak dapat digunakan untuk danau yang
miskin biota. Bentos ini banyak hidup pada dasar sungai , pada subrat yang akan
melindunginya dari derasnya arus sungai.
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain
variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh
iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi
organisme air tawar adalah sebagai berikut.
1. Adaptasi
tumbuhan
Tumbuhan yang
hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti
beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan
akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea
gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah
yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis
lingkungan atau isotonis.
2. Adaptasi hewan
Ekosistem air
tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan
menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air
tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan
osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem
ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air
tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan
organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1.
Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof
(tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora
predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat
sisa-sisa organisme.
2.
Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan
sebagai berikut.
A.
Plankton; terdiri alas fitoplankton dan
zooplankton; biasanya melayang-layang
(bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
B.
Nekton;
hewan yang aktif berenang dalam air,
misalnya ikan.
C.
Neuston; organisme yang
mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air,
misalnya serangga air.
D.
Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan
yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
Ekosistem air tawar digolongkan
menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah
danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
1. Danau
Danau
merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi hingga ratusan meter persegi.
|
Gbr. Berbagai Organisme
Air Tawar
Berdasarkan Cara Hidupnya |
E.
Bentos; hewan dan
tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Di
danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah
yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut
daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah
afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis
atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan
daerah dingin di dasar.
Komunitas
tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari
tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
a.
Daerah litoral
Daerah
ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang
hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar
dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas
organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya
diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia
air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa
mamalia yang sering mencari makan di danau.
b.
Daerah limnetik
Daerah
ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini
dihuni oleh berbagai fitoplankton,
termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan
kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian
besar termasuk Rotifera dan udang- udangan kecil memangsa fitoplankton.
Zooplankton dimakan oleh ikan- ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang
lebih besar, kemudian ikan besar
dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c.
Daerah profundal
Daerah ini
merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen
untuk respirasi seluler setelah
mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan
mikroba.
d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar
danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Gbr. Empat Daerah Utama
Pada Danau Air Tawar
Danau juga
dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai
berikut :
a.
Danau Oligotropik
Oligotropik
merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di
daerah limnetik tidak produktif.
Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar
air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b.
Danau Eutropik
Eutropik
merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan,
karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh,
terdapat bermacam- macam organisme, dan oksigen
terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik
akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga
dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan
pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang
akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau
seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air
tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
2.
Sungai
Sungai
adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara
konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan garis lintang.
Komunitas
yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras
tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan
terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat
dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi
komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak
sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan
gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus
sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme
sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner.
Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di
sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air. Sungai merupakan jalan air alami. Laluan melalui sungai merupakan
cara biasa air hujan yang turun di daratan untuk mengaliri ke laut atau
takungan air yang besar seperti danau.
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata
air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai bergabung untuk
membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran
dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai dimana
sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Pemanfaatan terbesar sungai adalah untuk irigasi
pertanian, bahan baku air minum, sebagai pembuangan air hujan dan air limbah,
bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia
saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis
pencemar, sebagai berikut: Pembuangan limbah industri, Sampah organik yang
dibusukkan oleh bakteri, Fosfat
pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian terakumulasi.
Salah satu pencemar di laut adalah tupahan minyak bumi,
akibat kecelakaan kapal tanker yang sering terjadi. Untuk membersihkan kawasan
tercemar tersebut diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan
biaya yang mahal. Bila terlambat penggulangannya, kerugian manusia semakin
banyak. Secara ekologis, dapat menggangu ekosistem laut. Bila terjadi
pencemaran air, maka terjadi akumulasi zat pencemar tubuh organisme air.
Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih
besar.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan diadakannya praktikum ini maka dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Komponen ekologi dalam ekosistem perairan tawar meliputi komponen
biotik dan abiotik.
2.
Komponen abiotik berperan dalam
penyediaan habitat bagi organisme-organisme yang hidup di sekitarnya dan
memberi saham awal dalam pembentukan ekosistem.
3.
Komponen biotic memberi peran
untuk menyediakan keanekaragaman jenis dan proses kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. Reece. 2004. Biology. Jakarta: Erlangga.
Anonimus.2011.
Ekosistem sungai(online).http://www.wikipedia.com.Dikutip
pada : Kamis,
05 April 2011
.pukul 19.30 WIB.
Sangiran.2004.Keanekaragaman ekosistem. Yogyakarta : kanisius
Soetjipta.1993.Ekologi hewan.Jakarta : Depdikbud.
0 komentar:
Posting Komentar