1)
Pembibitan Tanaman
Karet
Pembibitan karet
adalah salah hal penting yang perlu diperhatikan benar pelaksanaannya. Jenis
klon karet akan sangat mempengaruhi banyaknya getah yang akan dihasilkan
nantinya apabila tanaman sudah mulai besar. Tanaman karet sendiri dapat
diperbanyak dengan cara vegetatif maupun secara generatif.
Dalam pembibitan
karet secara generatif yaitu melalui biji, maka biji tersebut dapat diperoleh
dari kebun benih yang kemudian perlu adanya seleksi biji untuk mendapatkan biji
yang terbaik. Cara manual yang bisa dilakukan adalah melalui metode pelentingan
menggunakan alat penguji pelentingan biji karet. Langkah awal untuk mendapatkan
biji berkualitas baik adalah dengan memasukkan biji karet tersebut kedalam alat
penguji, dan apabila biji tersebut dapat memantul keatas yang menandakan bahwa
biji tersebut bagus.
Penanaman bibit
tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di
lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu
disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan dalam pembuatan lubang tanam,
pembongkaran, dan penanaman bibit.
Sebelum bibit ditanam, terlebih
dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki
sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap
stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit,
serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit
siap tanam adalah antara lain :
a. Bibit
karet di polybag yang sudah berpayung dua.
b. Mata
okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas.
c. Akar tunggang
tumbuh baik dan mempunyai akar lateral.
d. Bebas dari
penyakit jamur akar (jamur akar putih).
Untuk kebutuhan bibit, dengan
jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet
untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk cadangan sebanyak 10%
(47 bibit) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang
bibit karet.
2)
Pembuatan
Kebun Entres dan Penggunaan Klon Unggul Pada Kebun Entres
Klon merupakan tanaman yang diperoleh darai hasil perbanyakan secara vegetatif.
Klon dihasilkan melalui penelitian dan pengujian selama bertahun tahun. Klon
memiliki kelebihan daripada tanaman yang dikembangkan melalui biji antara lain
tumbuhnya lebih serempak dan seragam dan jumlah lateks yang dihasillkan jauh
lebih banyak.
Penamaan klon tanaman karet berasal dari lembaga yang melakukan penelitian
klon tersebut misalnya klon BPM meruapakan hasil penelitian dan pengembangan
dari Balai Penelitian Medan, begitu pula klon yang lainnya seperti klon RRIM
(Rubber Research Institute of Malaysia), GT (GOndang Tapen), AVROS (Algemene
Vereneging van Rubberonderneming en in Oost Sumatera), PB(Prang Besar), PR
(Proefstation),LCB (Land Caoutchouc) danWR (Wangon Rejo). Tetua dalam persilangan buatan buatan banyak menggunakan klon seri
BPM dan GT dari Indonesia.
Sedangkan tetua lain, seperti beberapa klon seri RRIM, PB (berasal dari
Malaysia) dan RRIC (berasal dari Sri Lanka) masuk ke Indonesia melaalui program
pertukaran klon internasional yang dilakukan pada tahun 1974.
Sejak pertama
kali dilakukan, pemuliaan karet di Indonesia saat ini telah memasuki
periode atau siklus generasi ke-4 (keempat). Pembagian tahapan tersebut menurut
Suhendry, I. (2002) adalah:
a. Generasi I (<1930) : seedling terpilih
b. Generasi II (1930 – 1960) : AVROS 2037, PIL-B 84, PB 86, Tjir 1,
GT 1, LCB 1320, LCB 479, PR 107, WR 101.
c.
Generasi III (1983-1992) : PR 255, PR 261, PR 228, PR 300, PR 303, RRIM
600, BPM 1 dan seri TM.
d.
Generasi IV (1993-sekarang) : BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 217,
PB 330, RRIC 100, RRIM 712 dan klon klon seri IRR.
Pada siklus ke-4 (keempat), klon klon
yang dihasilkkan merupakan hasil penggabungan antara klon klon hasil seleksi
Generasi II dengan Generasi III atau sebaliknya. Klon IRR seri 100 merupakan
salah satu klon yang dihasilkan pada Generasi IV yang produktivitasnya dapat
mencapai 2500 kg/ha/tahun. Salah satu klon IRR seri 100 yang mempunyai potensi
untuk dapat dikembangkan yaitu :
IRR 118.
Klon klon anjuran konvensional terdiri dari 3 (tiga) kategori, antara lain klon
penghasil lateks, klon penghasil kayu dan klon penghasil lateks dan kayu (Tabel
2).
Tabel 2. Beberapa Klon anjuran Komersial
Klon Penghasil Lateks
|
Klon penghasil Kayu
|
Klon pengahsil lateks dan kayu
|
BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260
|
BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39,
IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
|
IRR 70, IRR 71,
IRR 72 dan IRR 78
|
Tanaman yang berumur lebih dari sepuluh tahun dan dipelihara sesuai standar
adalah tanaman yang dapat diambil bijinya, karena mutu bijinya lebih baik. Pada
umumnya biji yang dapat dimanfaatkan berasal dari perkebunan besar atau proyek
peremajaan karet rakyat dengan hamparan yanf cukup luas (Anonim, 2007).
c. Penyadapan
Pemungutan hasil tanaman karet disebut
penyadapan karet. Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari
pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini
adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir.
Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit
berkurang Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan
bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu
sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati
agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan,
maka produksi karet akan berkurang (Santosa, 1986).
Menurut Pendle, lateks mengandung beragam
jenis protein katena lateks adalah cairan sitiplasma, protein ini termasuk
enzim-enzim yang berperan dalam sintesis molekul karet (Hience,
L, 2008). Sebagian protein hilang sewaktu pemekatan lateks yaitu karena pengendapan
dan karena terbuang dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks pekat
kurang lebih adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada permukaan
karet (60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks pekat tersebut
(Pendle, 1992).
Musuh yang paling mengganggu para penyadap
karet (Hevea brasiliensis) adalah hujan di pagi hari. Sebab jika kulit batang
karet (balam) basah, getah akan luber keluar dari jalur (pelat) yang dibentuk
oleh tarikan pahat. Jika hujan pagi, berarti hari libur para
penyadap karet (penakok). Sedang musuh yang paling ditakutkan adalah hujan
turun saat ngangkit (mengumpulkan getah dari sayak atau mangkuk penampung) (Darmandono,
1995). Hasil memutari pohon-pohon karet satu kebun bisa jadi tanpa hasil jika
air hujan meluberi sayak (tempurung penampung) cairan getah karet. Namun musuh
yang paling dibenci para penyadap karet adalah harga getah/lateks “jatuh”
sedang harga kebutuhan sehari-hari meninggi (Radjam, 2009).
Penggunaan stimulan karet memang sangat
menguntungkan bagi para petani atau perkebunan karet, hal ini dikarenakan
tanaman karet yang telah diberi stimulan tersebut dapat menghasilkan getah /
latek yang banyak karena stimulan tersebut merangsang enzim dan mempercepat
metabolisme penghasil latek yang terdapat pada tanaman karet. Dalam penggunaan
stimulan pada tanaman karet tergantung dari jenis tanaman karetnya. Ada tanaman
karet yang memproduksi latek dalam jumlah banyak apabila diberi stimulan dan
ada juga getah karet yang resisten terhadap pemberian stimulan. Namun dari
kegiatan Fieldtrip yang telah dilaksanakan kemarin rata-rata tanaman karet peka
terhadap pemberian stimulan, hal ini dapat diketahui pada saat dilapang yang
mana pada setiap tanaman karet semua terdapat alat untuk memasukkan stimulan
tersebut.
Penyadapan
merupakan suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di
dalam tanaman karet keluar. Penyadapan dapat dilakukan sekitar umur 4,5-6 tahun
tergantung pada klon dan lingkungan. Tahapan penyadapan sesuai aturan,
diantaranya :
a.
Menentukan matang sadap
· Matang sadap pohon. Tanaman karet siap sadap bila
sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu
diambil lateksnya tanpa menyebabkan ganguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan
tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan lilit batang. Untuk
umur tidak dapat dijadikan pedoman menentukan matang sadap. Pengukuran lilit
batang terhadap pohon yang sudah masuk matang sapad dapat dilakukan dengan :
-
Lilit batang 45 cm atau lebih.
-
Ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).
· Matang sadap
kebun. Apabila pada kebun, jumlah tanaman matang sadap sudah mencapai >60%.
Misalkan, jarak tanam 6 x 3 m (555 pohon/ha), maka pohon matang sadapnya sudah mencapai
333 pohon/ha.
b.
Teknis Pelaksanaan Buka Sadap
· Dilakukan pada pohon dan kebun yang sudah
matang sadap
· Ditetapkan berdasarkan:
a. Tinggi bukaan sadap
b. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap
c. Panjang irisan sadap
d. Letak bidang sadap
· Penggambaran bidang sadap:
a. Tanaman okulasi 130 cm dpo
b. Tanaman seedling 100 cm
c. Arah: dari kiri atas ke kanan bawah, alasannya: Pembuluh lateks posisinya dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.7° dengan bidang datar.
· Sudut kemiringan sadap.
a. Bidang sadap bawah: 30°-40° terhadap
bidang datar.
b. Bidang sadap atas : 45°.
c.
Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Pemasangan
talang dan mangkuk sadap dilakukan setelah penggambaran bidang sadap.
Pemasangannya diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian bawah. Talang sadap
terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang ±8 cm. Talang sadap dipasang
pada jarak 5 - 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah, tepat di atas garis
sandar depan yang juga berfungsi sebagai parit untuk aliran lateks. Pemasangan
talang sadap di bagian ini bertujuan supaya tidak mengganggu pelaksanaan
penyadapan, lateks dapat mengalir dengan baik, dan tidak terlalu banyak
meninggalkan getah bekuan pada batang.
Mangkuk sadap
umumnya terbuat dari tanah liat, plastik atau aluminium. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pemilihan mangkuk adalah harus mudah dipakai, mudah dibersihkan, dapat
dipergunakan dalam jangka waktu lama, ekonomis dan mudah didapat.
Mangkuk sadap
dipasang pada jarak 15 cm - 20 cm di bawah talang sadap. Pemasangan mangkuk sadap di posisi ini
bertujuan supaya lateks dapat mengalir sampai ke mangkuk dengan baik, dan
penyadap tidak mengalami kesulitan mengambilnya sewaktu pengumpulan lateks.
d.
Kedalaman Irisan Sadap dan ketebalan irisan sadap
Kedalaman irisan
sadap dianjurkan 1-1,5 mm dari kambium. Hal ini dikarenakan di dalam kulit
batang terdapat pembuluh lateks, semakin ke dalam semakin banyak, jangan sampai
terjadi kerusakan kambium agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik dan
lamanya penyadapat berkisar 25-30 tahun.
Ketebalan sadap dianjurkan sebesar 1,5-2,0 mm setiap penyadapan.
Menurut Sapta Bina Usaha Tani Karet, 2003 menyatakan
bahwa :
a. Frekuensi Penyadapan
- Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
- Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan.
- Panjang irisan: ½ S (spiral)
- Frekuensi penyadapan:
·
Tahun pertama: d/3 (3 hari sekali).
·
tahun selanjutnya: d/2 (2 hari sekali) panjang irisan dan frekuensi penyadapan
bebas.
b. Waktu Penyadapan
Sebaiknya
penyadapan dilakukan Jam 5.00-7.30 pagi hari, dengan dasar pemikirannya:
a. Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks
dipengaruhi oleh tekanan turgor sel.
b. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang
fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang.
c. Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik
bila hari sudah cukup terang.
Pengolahan karet
ini mepertimbangkan bahan baku. Bahan baku dalam pengolahan karet adalah lateks
yang belum mengalami pra koagulasi. Lateks merupakan cairan yang berbentuk
koloid berwarna putih kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh pohon karet.
Menurut Oktaviana, 2009 menyatakan bahwa ciri-ciri lateks yang digunakan untuk
menghasilkan lembaran slab yang baik, yaitu :
a. Berbau segar atau langu wengur.
b. Mempunyai KKK (Kader Karet Kering) yang tinggi yaitu
20% - 25%.
c. Tidak mengandung kotoran, yaitu kotoran dari benda
lain yang tercampur dalam lateks, msalnya tatal kayu, daun, tanah, dan
lain-lain.
d. Tidak terdapat bintik-bintik gumpalan karet atau
terjadi proses pra koagulasi. Mempunyai pH antara 6,5 – 7,0.
Pada proses penyadapan lateks dilakukan
dengan pelukaan kulit batang karet. Di dalam kulit batang terdapat pembuluh
lateks, semakin ke dalam semakin banyak. Namun, dalam aplikasinya jangan sampai
terjadi kerusakan kambium agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik.
Sehingga lamanya penyadapan dalpat berlangsung selama 25–30 tahun.
Penyadapan karet bila melukai
pohon/kambium akan mengakibatkan kerusakan pada kulit. Kerusakan ini disebabkan
kerukan cambium akan menyebabkan proses transportasi dari akar yang berupa air
dan hara maupun dari daun yang berupa hasil fotosintesis kebagian tanaman
lainnya tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian pada tanaman yang luka
akan sulit mendapatkan bahan-bahan atau enzim yang dapat menutup luka yang
telah terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar