BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hutan merupakan satu kesatuan utuh
dalam sistem kehidupan bangsa sejak zaman dahulu, pada saat ini dan untuk massa yang akan datang.
Hutan yang terdiri atas hutan alam dan hutan tanaman, sebagian besar berbentuk hutan
alam hujan tropis yang selalu hijau sepanjang tahun, dan memiliki kekayaan
ekonomis, ekologis yang tak ternilai besarnya. Keseluruhan hutan tersebut
berfungsi sebagai ekosistem hutan secara utuh yang berperan sangat penting
dalam penyangga sistem kehidupan, serta kita berkewajiban dan bertanggung jawab
untuk menjaga dan melestarikannya. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan,
memelihara kualitas hutan dan peningkatan kemampuan manusia dalam
memanfaatkannya perlu dilakukan bersama-sama agar diperoleh manfaat yang
bersifat optimal secara berkelanjutan.
B. Topik /
Judul : Struktur Ekosistem Hutan
C. Hari /
Tanggal : Sabtu, 19 Desember 2009
D. Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum sruktur ekosistem hutan adalah
sebagai berikut.
- Mengidentifikasi komponen-komponen ekosistem hutan Taman Nasional Way Kambas.
- Menunjukkan karakteristik struktur ekosistem hutan Taman Nasional Way Kambas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam tingkat organisasi kehidupan,
ekosistem merupakan area alam yang berlangsung interaksi antara makhluk hidup
dan tidak hidup sehingga terjadi pertukaran material antara komponen biotic dan
abiotik. Ekosistem adalah hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan
lingkungan. Ekosistem digolongkan menjadi ekosistem lengkap (apabila di dalam
ekosistem terdapat produsen, konsumen, dan decomposer) dan ekosistem tak
lengkap(apabila di dalam ekosistem tidak ada salah satu komponen tersebut).
Sedangkan tipe-tipe ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu ekosistem perairan dan
ekosistem darat. Hubungan antara organisme dengan lingkungan menyebabkan
terjadinya aliran energi. Selain aliran energi. Di dalam ekosistem juga
terdapat struktur (tingkat tropic, keanekaragaman biotic serta siklus materi),
dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat
mempertahankan keseimbangan. (Saktiyono, 1993 : 234)
Semua organisasi yang hidup di dalam
tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus selalu berinteraksi, baik dengan
kelompoknya atau kelompok lainnya serta interaksi dengan alam (lingkungan).
Organisme hidup dalam sebuah system, ditopang oleh berbagai komponen yang
saling berhubungan dan saling berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kehidupan tersebut disebut ekosistem.
Menurut Soedjiran Resosoedarmo (1986
: 40) bahwa ekosistem adalah kehidupan semua jenis makhluk hidup saling
mempengaruhi, dipengaruhi serta berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan
sehingga berlangsung hubungan timbal balik.
Ekosistem merupakan kesatuan yang
kompleks yang perlu dipertahankan. Cara mempertahankan keseimbangan ekosistem
atau alam dengan melaluipelestarian sumber daya alam. Ketersediaan sumber daya
alam menopang pemenuhan kebutuhan bagi makhluk hidup atau organisme di dalam
lingkungan ekosistem.
Suatu ekosistem adalah tingkatan
yang sangat luas dalam organisasi biologis, yang terdiri dari komunitas
organisme dalam suatu wilayah tertentu dan faktor biotik yang membentuk
lingkungan fisiknya. Energi mengalir melalui ekosistem, dan zat kimia bersiklus
melalui ekosistem. Proses yang saling berhubungan ini melalui transfer zat-zat
nutrient melalui hubungan saling makan memakan. Spesies dalam suatu ekosistem
terbagi dalam tingkat trofik (pengambilan makanan) yang berbeda-beda, yang
bergantung pada sumber nutrient. Dalam suatu organisme ekosistem terdiri dari
autotrof, atau produsen primer. Sebagian besar produsen primer adalah organisme
fotosintesis yang menggunakan energi cahaya untuk menyintesis gula dan senyawa
organik lainnya. Organisme dalam tingakat trofik produsen primer adalah
heterotrof yang secara langsung atau secara tidak langsung bergantung pada
hasil fotosintesis produsen primer. Herbivore, yang memakan tumbuhan atau alga
adalah konsumen primer. (Neil A. Campbell, 2004 : 388)
Bagian terbesar dari sebuah
ekosistem adalah kumpulan tetumbuhan dan binatang yamg bersama-sama dan
otomatis membentuk suatu masyarakat tumbuhan dan binatang yang dinamakan dengan
komunitas. Organisme, populasi, komunitas, dan ekosistem merupakan sebagian
dari tingkatan organisasi makhluk hidup, sehingga jenis dan sifat organisme,
populasi dan komunitas akan mempengaruhi tipe dan karakteristik suatu
ekosistem. Tipe dan karakteristik ekosistem dapat memberikan informasi mengenai
keanekaragaman hayati. Sementara itu keanekaragaman hayati merupakan sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagikeperluan hidup manusia. (www.ekosistem.com)
Wikipedia (2009) menyatakan bahwa,
dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen
sebagai berikut.
- Komponen autotrof
Autotrof adalah organisme yang mampu menyadiakan atau mensintesis
makanan sendiri yang berupa bahan organic dari bahan anorganik dengan bantuan
energi seperti matahari dan bahan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai
produsen, contohnya tumbuhan hijau.
- Komponen heterotrof
Heterotrof merupakan organisme yang meemanfaatkan bahan-bahan
organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain.
Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
- Bahan tak hidup (Abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari
tanah, air, udara, dan sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau
substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup.
- Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organic
yang berasal dari organisme mati ( bahan organic kompleks ). Organisme pengurai
menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang
sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini
adalah bakteri dan jamur.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan
Bahan
- Alat
-
Alat tulis
-
Tustel/kamera digital
-
Cetok
-
Meteran
-
Termometer udara
-
Higrometer
-
Ph meter
-
Patok bambu (4 buah)
-
Pewangi
-
Stopwatch
- Bahan
-
Lingkungan Hutan Taman Nasional
Way Kambas (Hutan Way
Kanan)
B. Cara Kerja
1.
Mengikuti ceramah yang
diberikan oleh petugas Taman Nasional Way Kambas.
2.
Mengajukan pertanyaan berkenaan
dengan tujuan praktikum tersebut, misalnya data-data tentang keberadaan aneka
satwa dan flora di kawasan Taman Nasional Way Kambas.
3.
Mencari pula informasi mengenai
ekosistem hutan melalui studi dokumentasi di Taman Nasional Way Kambas.
4.
Sebelum masuk ke kawasan hutan
mempersiapkan termometer dan higrometer untuk mengukur temperatur udara dan
kelembaban udara di luar hutan.
5.
Berbaris dengan tertib dan
mengikuti instruksi pemandu hutan untuk melakukan tracking di kawasan hutan.
6.
Melakukan pengamatan terhadap
komponen biotic (berbagai jenis tumbuhan dan hewan) dan komponen abiotik (temperature
udara, dan kelembaban udara).
7.
Mengambil dokumen foto keadaan
tumbuhan di dalam kawasan hutan.
8.
Mencatat hasil pengamatan
langsung maupun informasi yang diberikan oleh pemandu hutan.
9.
berdasarkan informasi dalam
studi ini, mengidentifikasikan struktur ekosistem hutan Taman Nasional Way
Kambas menurut tingakat kehidupan, mulai dari produsen, konsumen tingkat I,
konsumen tingkat II, konsumen tingkat III, dan seterusnya.
10.
Mengumpulkan semua informasi
dalam kegiatan tersebut ke dalam tabel hasil kegiatan lapangan.
11.
Membuat laporan kelompok
tentang kegiatan tersebut.
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN
DESKRIPSI DATA
A. Data Hasil
Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Komponen Abiotik Pada Hutan Taman Nasional Way Kambas ( Hutan Way Kanan )
Data
Klimaks
|
|||||||
Temperatur
Udara
|
Kelembaban
Udara
|
Kecepatan
Angin
|
Tinggi
Seresah
|
pH
Tanah
|
|||
Basah
|
Kering
|
Luar
|
Dalam
|
||||
27,8°C
|
29°C
|
70,20
|
76,89
|
0,2
m/s
|
2
cm
|
6
|
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan Komponen Biotik Pada Hutan Taman Nasional Way Kambas ( Hutan Way Kanan )
Data Produsen
|
Data Konsumen
|
Data Pengurai
|
||||
Nama
|
Ciri-ciri
|
Nama
|
Ciri-ciri
|
Nama
|
Ciri-ciri
|
|
Mangot
Gandaria
Aseman
Meranti
Jambon
Jengkol
|
- Akar tunggang
- Batang lurus
- Batang lurus
- Daun panjang
- Kulit keras
- Batang lurus
- Kulit keras, kasar
- Akar tunggang
- Batang lurus
- Daun lonjong
- Akar serabut
- Batang lurus
- Daun lancip menjari
- Akar tunggang
- Batang lurus
- Daun bergelombang
|
Ulat
Burung
Babi hutan
Nyamuk
Kera
Harimau
|
- Berbulu
- Berkaki banyak
- Bersayap
- Pemakan ulat
- Paruh agak panjang melengkung
- Warna hitam
- Besar
- Bersayap
- Pemakan darah
- Berbulu
- Berkaki 4
- Makan buah- buahan
- Berbulu
- Berkaki 4
- Karnivora
|
Cacing
Rayap
Semut
|
- Avertebrata
- Memiliki antena
- Berbadan kecil
- Mempunyai antenna
- Peka terhadap rangsang
|
|
B. Deskripsi
Data
Dalam praktikum tentang struktur
ekosistem hutan yang dilakukan pada hari Sabtu, 19 Desember 2009 dan dilakukan di Taman Nasional Way
Kambas (Hutan Way Kanan). Pada plot yang kami amati seluas 100 m2
, terdapat beberapa jenis pohon mangot, gandaria,
aseman (Tamarindus sp), meranti,
jambon, dan jengkol.
Sedangkan jenis binatang yang
tergolong sebagai konsumen yaitu harimau, kera, gajah, babi hutan, ulat,
burung, tapir, pacet. Dan untuk jenis binatang yang tergolong sebagai pengurai
yaitu cacing, rayap, dan semut.
Dari plot yang diamati, terdapat
beberapa data abiotik yang ada, setelah dilakuakan pengukuran, ternyata
temperatur udara basahnya berkisar antara 27,8°C dan temperatur udara keringnya sekitar 29°C.
kemudian untuk kelembaban udara di dalam hutan adalah 76,89°F, sedangkan kelembaban udara di luar hutan adalah 70,20°F. Kecepatan angin di hutan tersebut adalah 0,2 m/s. Hasil ini
diperoleh dengan melakukan percobaan menggunakan parfum yang disemprotkan dari
jarak 1 meter. Dari jarak tersebut, bau parfum ternyata mulai tercium setelah 6
detik sehingga didapatkan kecepatan 0,2 m/s. Lalu diketahui tingkat keasaman
tanah hutan tersebut adalah 6 dan tinggi seresah dalam plot tersebut adalah 2
cm. seresah ini merupakan tumpukan sampah Dario dedaunan yang telah gugur dan
membusuk. Untuk mengetahui ketebalan seresah tersebut adalah dengan cara
menggalinya dengan menggunakan cetok dan mengukurnya dengan mistar.
Serta kami juga
mendata beberapa jenis pohon yang terdapat di luar plot yaitu :
- Joho (Terminalia foetudisimo)
- Sepur batu (Dilenai grandifalia)
- Plangas (Aporosa qurita)
- Rambutan hutan (Naphelium costatum)
- Mangir (Glonaphytum vactum)
- Salaman (Lugenia pholyalita)
- Parutan (Fliendesia amboniensis)
- Mitis (Symplocus pasculate)
- Merawan (Hopea sp)
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui kondisi hutan Taman
Nasional Way Kambas (Hutan Way Kanan) tersebut, dahulu hutan tersebut jumlah
populasi tumbuhannya sedikit dibandingkan dengan sekarang ini, hal ini
disebabkan karena hutan tersebut tidak mengalami kerusakan, sehingga populasi
tumbuhannya dapat berkembang dengan baik. Begitu juga dengan dengan populasi
hewannya masih cukup banyak, ini disebabkan kerena dalam hutan tersebut tidak
ada perburuan liar serta tersedianya makanan yang cukup bagi hewan-hewan
tersebut.
Hutan Way Kanan tersebut termasuk
dalam jenis hutan hujan tropis, karena memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan
dan hewan yang banyak. Hujan tropis ini mempunyai curah hujan yang tinggi,
merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 – 225 cm/tahun. Matahari bersinar
sepanjang tahun. Dari bulan satu ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif
kecil. Jenis flora pada bioma hutan hujan tropis ini terdapat beratus-ratus
spesies tumbuhan, pohon-pohon utamanya dapat mencapai krtinggian 20-40 m,
dengan cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung atau kanopi.
Pada Taman Nasional Way Kambas (Hutan Way kanan) ini memang terbukti diantara
organisme yang hidup di hutan tersebut saling berinteraksi atau berhubungan.
Dalam suatu ekosistem tersebut terdapat hubungan timbal balik antara komponen
biotik dan abiotik dengan lingkungannya sehingga terjadi pertukaran energi dan
mineral atau material antara komponen biotik dan abiotik tersebut. Dalam
ekosistem tersebut, tumbuhan hijau yang termasuk komponen biotik merupakan
salah satu produsen, dimana tumbuhan hijau tersebut mampu menghasilkan makanan
sendiri melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Untuk hewan
seperti ulat, semut, burung, dan lain-lain itujuga merupakan komponen biotik,
karena hewan-hewan tersebut merupakan konsumen. Hal ini karena hewan-hewan
tersebut hanya tergantung pada produsen dan tidak mampu menghasilkan makanan
sendiri. Sedangkan komponen abiotik yang terdapat dalam hutan tersebut adalah
berupa komponen-komponen benda mati seperti tanah, air, suhu, udara, pH,
intensitas cahaya, serta kelembaban udara yang terdapat dalam kawasan hutan
tersebut.
Dalam ekosistem hutan tersebut
terjadi proses makan dan dimakan antar sesama organisme, inilah yang dinamakan
dengan rantai makanan. Dalam rantai makanan ini, berbagai macam tumbuhan hijau
yang bertindak sebagai produsen serta sebagai penyedia makanan, dimana makanan
tersebut dihasilakn melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari.
Dalam proses fotosintesis ini terjadi suatu perubahan dari bentuk energi kimia
menjadi zat makanan. Kemudian suatu konsumen (berbgai jenis binatang)
mendapatkan energi dari produsen (berbagai macam tumbuhan hijau) tersebut,
demikian seterusnya hingga konsumen tingakat terakhir. Dalam hubungan makan dan
dimakan atau yang kita kenal dengan rantai makanan ini, terjadi aliran energi
dari linkungan abiotik (matahari) → produsen → konsumen → pengurai (kembali ke
alam).
Selama terjadi aliran energi dalam
rantai makanan tersebut, juga terjadi pula aliran materi yaitu materi yang
menyusun tubuh suatu organisme. Dimana suatu materi tersebut berupa unsur-unsur
yang terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan
tak hidup. Dengan demikian terjadi suatu pertukaran suatu unsure dari alam
(abiotik) ke organisme (biotik) dan kembali ke alam (abiotik) sehingga membentuk
suatu siklus.
Adapun rantai
makanan yang terjadi dalam hutan way kanan tersebut.
Produsen (tumbuhan hijau, misalnya: rumput) → Konsumen
Tingkat I (rusa, babi hutan, dan lain-lain) → Konsumen Tingkat II (harimau) → Dekomposer
atau pengurai ( rayap, semut, cacing).
Adapun
jarring-jaring makanan yang terjadi dalam hutan way kanan tersebut
Ulat Burung Ular
Elang
Tumbuhan Hijau Babi hutan Harimau
Pengurai
Rusa
Untuk temperatur udara dan kelembaban udara yang terdapat pada hutan
way kanan, semakin ke daerah hutan bagian dalam semakin besar , sehingga udara
atau keadaan (suhu) di daerah dalam lebih dingin atau lembab. Dengan udara yang
lembab dan dingin ini tumbuhan hijau akan terlihat lebih subur dan
pohon-pohonnya lebih banyak dan besar-besar. Suhu sangat berpengaruh terhadap
suatu ekosistem, karena suhu merupakan syarat yang diperlukan oleh suatu
organisme untuk hidup. Pada kisaran suhu tertentu ada jenis-jenis organisme
yang hanya dapat hidup. Selain suhu, intensitas cahaya matahari juga sangat
mempengaruhi suatu ekosistem baik secara global, karena matahari menentukan
suhu. Sinar matahari juga merupakan unsure pokok yang dibutuhkan oleh tumbuhan
sebagai produsen untuk berfotosintesis.
Pada suatu ekosistem, air dan tanah
sangat berpengaruh dalam kelangsungan hidup organisme suatu ekosistem. Air
berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
suatu organisme, seadngkan tanah sebagi tempat hidup bagi organisme. Dengan
jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga
berbeda. Tanah menyediakan unsure-unsur penting bagi pertumbuhan suatu
organisme, terutama tumbuhan.
Ada hal lain yang turut serta mempengaruhi
kehidupan suatu organisme tersebut, diantaranya yaitu ketinggian tempat,
kecepatan angina, serta garis lintang. Ketinggian tempat menentukan jenis
organisme yang hidup di tempat tersebut, karena dengan ketinggian yang berbeda
akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. Sedangkan angin selain berperan dalam
menentukan kelembaban juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu.
Serta dengan garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang
berbeda pula. Garis lintang tersebut secara tidak langsung menyebabkan
perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis
lintang tertentu saja.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan praktikum tentang struktur ekosistem
hutan Taman Nasional Way Kambas (Hutan way Kanan) dan dari pembahasan tersebut,
maka dapat disimpulakan bahwa hutan Taman nasional Way Kambas (hutan Way kanan)
termasuk jenis hutan hujan tropis, dimana dalam hutan tersebut terdapat
berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan , memiliki curah hujan yang cukup
tinggi berkisar antara 200-225 cm/tahun. Dalam hutan tersebut terdapat beberapa
komponen ekosistem, diantaranya yaitu komponen biotik (meliputi produsen,
konsumen, pengurai, baik dalam individu, populasi, komunitas, dan ekosistem),
dan komponen abiotik (meliputi suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian,
kecepatan angin, pH atau keasaman tanah, mineral, dan kadar garam). Karakteristik
struktur hutan Taman Nasional Way Kambas (Hutan Way Kanan) adalah sebagai
interaksi intraspesifik.
B. Saran
Sebagai
mahasiswa, kita berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup
supaya terjaga kelestariannya, sehingga dapat diwariskan kepada generasi
penerus.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Nill A. 2004. Biologi Jilid
3. Jakarta
: Erlangga.
Noname. 2009.
Komponen Hutan. Online. http://www.wikipedia.id.org/komponen_hutan.
24 Desember 2009. pukul 14.00 wib.
Resosoedarmo,
Soedjiran. 1986. Ekologi. Jakarta : Fakultas Pasca
IKIP.
Saktiyono. 1993. Biologi Umum 1. Jakarta : Erlangga.
www.ekosistem.com
(24 Desember 2009, pukul 14.00 wib)
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar