GIZI dan BIOKIMIA PANGAN
1.
Bagaimanakah proses metabolisme Vitamin A?
Vitamin A mempunyai provitamin yaitu karoten. Pada
sayuran vitamin A terdapat sebagai
provitamin dalam bentuk pigmen berwarna kuning ß karoten, yang terdiri atas dua
molekul retinal yang dihubungkan pada ujung aldehid rantai karbonnya. Tetapi
karena ß karoten tidak mengalami metabolisme yang efisien, maka ß karoten
mempunyai efektifitas sebagai sumber vitamin A hanya seper sepuluh retinal.
Ester retinal yang terlarut dalam lemak makanan akan
terdispersi di dalam getah empedu dan dihidrolisis di dalam lumen intestinum
diikuti oleh penyerapan langsung ke dalam epitel intestinal. ß – Karoten yang
dikomsumsi mungkin dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim ß – karoten
dioksigenase. Pemecahan ini menggunakan oksigen molekuler, digalakkan dengan
adanya garam-garam empedu dan menghasilkan 2 molekul retinaldehid (retinal).
Demikian pula, di dalam mukosa intestinal, retinal direduksi menjadi retinal oleh
enzim spesifik retinaldehid reduktase dengan menggunakan NADPH. Retinal dalam
frahsi yang kecil teroksidasi menjadi asam retinoat. Sebagian besar retinal
mengalami esterifikasi dengan asam-asam lemak dan menyatu ke dalam kilomikron
limfe yang masuk ke dalam aliran darah. Bentuk ini kemudian diubah menjadi
fragmen kilomikron yang diambil oleh hati bersama-sama dengan kandungan
retinolnya .
Di dalam hati, vitamin A disimpan dalam bentuk ester di
dalam liposit, yang mungkin sebagai suatu kompleks lipoglikoprotein. Untuk
pengngkutan ke jaringan, vitamin A dihidrolisis dan retinal yang terbentuk
terikat dengan protein pengikat aporetinol (RBP). Holo- RBP yang dihasilkan
diproses dalam apparatus golgi dan disekresikan ke dalam plasma. Asam retinoat
diangkut dalam plasma dalam keadaan terikat dengan albumin. Begitu di dalam
sel-sel ekstrahepatik , retinal terikat dengan protein pengikat retinol seluler
(CRBP). Toksisitas vitamin A terjadi setelah kapasitas RBP dilampaui dan
sel-sel tersebut terpapar pada retinal yang terikat. Retinal dan retinal
mengalami interkonversi dengan adanya enzim-enzimdehidrogenase atau reduktase
yang memerlukan NAD atau NADP di dalam banyak jaringan. Namun demikian, begitu
terbentuk dari retinal, asam retinoat tidak dapat diubah kembali menjadi
retinal atau menjadi retinal.Asam retinoat dapat mendukung pertumbuhan dan
differensiasi, tetapi tidak dapat menggantikan retinal dalam peranannya pada
penglihatan atau pun retinal dalam dukungannya pada system reproduksi.
Retinol setelah diambil oleh CRBP diangkut ke dalam sel
dan terikat dengan protein nucleus, di dalam nucleus inilah retinal terlibat
dalam pengendalian ekspresi gen-gen tertentu, sehingga retinal bekerja
menyerupai hormon steroid. Retinal merupakan kompoenen pigmen visual rodopsin,yang
mana rodopsin terdapat dalam sel-sel batang retina yang bertanggung jawab atas
penglihatan pada saat cahaya kurang terang. 11 – sis – Retinal yaitu isomer all
– transretinal,terikat secara spesifik pada protein visual opsin hingga
terbentuk rodopsin. Ketika terkena cahaya, rodopsin akan terurai serta
mambentuk all-trans retinal dan opsin. Reaksi ini disertai dengan perubahan
bentuk yang menimbulkan saluran ion kalsium dalam membran sel batang. Aliran
masuk ion-ion kalsium yang cepat akan memicu impuls syaraf sehingga memungkin
cahaya masuk ke otak Asam retinoat turut serta dalam sintesis glikoprotein. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa asam retinoat bekerja dalam menggalakkan pertumbuhan
dan differensiasi jaringan.
Retinoid dan karotenoid memiliki aktivitas anti
kanker.Banyak penyakit
kanker pada manusia timbul dalam jaringan epitel yang tergantung pada
retinoid untuk berdifferensiasi seluler yang normal .ß–karoten merupakan zat
antioksidan dan mungkin mempunyai peranan dalam menangkap radikal bebas peroksi
di dalam jaringan dengan tekanan parsial oksigen yang rendah. Kemampuan
ß–karoten bertindak sebagai antioksidan disebabkan oleh stabilisasi radikal
bebas peroksida di dalam struktur alkilnya yang terkonjugasi. Karena ß –
karoten efektif pada konsentrasi oksigen yang rendah, zat provitamin ini
melengkapi sifat-sifat antioksidan yang dimiliki vitamin E yang efektif dengan
konsentrasi oksigen yang lebih tinggi.
2.
Apakah yang dimaksud hipervitaminosis?
Terlalu banyak mengonsumsi vitamin A dapat menyebabkan
hipervitaminosis, keadaan keracunan akibat kelebihan vitamin A, yaitu antara
75.000-500.000 SI atau 40.000-55.000 RE setiap hari untuk jangka waktu beberapa
bulan. Sebaliknya, gejala kelebihan vitamin A pada orang dewasa adalah: sakit
kepala, pusing, rambut rontok, kulit kering, tidak selera makan, dan sakit pada
tulang.
Kelebihan vitamin A pada wanita dapat menyebabkan
terhentinya menstruasi. Kelebihan vitamin A pada bayi dapat menyebabkan
pembesaran kepala atau hidrosefalus. Kasus ini hanya akan terjadi bila konsumsi
dilakukan dalam bentuk vitamin A.
3.
Bagaimanakah proses vitamin A sehingga dapat berfungsi pada
penglihatan?
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya
remang. Di dalam mata, retinol (bentuk vitamin A yang terdapat di dalam darah)
dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin dan
membentuk rodopsin (suatu pigmen penglihatan). Rodopsin terdapat pada sel
khusus di dalam retina mata yang dinamakan rod.
Mata membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan dapat
melihat dari ruangan dengan cahaya terang ke ruangan dengan cahaya
remang-remang. Kecepatan mata untuk beradaptasi, berhubungan langsung dengan
vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin.
0 komentar:
Posting Komentar