NAMA :
IPRIADI
NPM :
08320892
PRODI :
BIOLOGI
GIZI dan BIOKIMIA PANGAN
1. Bagaimanakah proses metabolisme Vitamin A?
Vitamin A mempunyai provitamin yaitu karoten. Pada sayuran vitamin A terdapat sebagai provitamin dalam bentuk
pigmen berwarna kuning ß karoten, yang terdiri atas dua molekul retinal yang
dihubungkan pada ujung aldehid rantai karbonnya. Tetapi karena ß karoten tidak
mengalami metabolisme yang efisien, maka ß karoten mempunyai efektifitas
sebagai sumber vitamin A hanya seper sepuluh retinal.
Ester retinal yang terlarut dalam lemak makanan akan terdispersi di dalam
getah empedu dan dihidrolisis di dalam lumen intestinum diikuti oleh penyerapan
langsung ke dalam epitel intestinal. ß – Karoten yang dikomsumsi mungkin
dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim ß – karoten dioksigenase. Pemecahan
ini menggunakan oksigen molekuler, digalakkan dengan adanya garam-garam empedu
dan menghasilkan 2 molekul retinaldehid (retinal). Demikian pula, di dalam
mukosa intestinal, retinal direduksi menjadi retinal oleh enzim spesifik
retinaldehid reduktase dengan menggunakan NADPH. Retinal dalam frahsi yang
kecil teroksidasi menjadi asam retinoat. Sebagian besar retinal mengalami
esterifikasi dengan asam-asam lemak dan menyatu ke dalam kilomikron limfe yang
masuk ke dalam aliran darah. Bentuk ini kemudian diubah menjadi fragmen
kilomikron yang diambil oleh hati bersama-sama dengan kandungan retinolnya .
Di dalam hati, vitamin A disimpan dalam bentuk ester di dalam liposit,
yang mungkin sebagai suatu kompleks lipoglikoprotein. Untuk pengngkutan ke
jaringan, vitamin A dihidrolisis dan retinal yang terbentuk terikat dengan
protein pengikat aporetinol (RBP). Holo- RBP yang dihasilkan diproses dalam
apparatus golgi dan disekresikan ke dalam plasma. Asam retinoat diangkut dalam
plasma dalam keadaan terikat dengan albumin. Begitu di dalam sel-sel
ekstrahepatik , retinal terikat dengan protein pengikat retinol seluler (CRBP).
Toksisitas vitamin A terjadi setelah kapasitas RBP dilampaui dan sel-sel
tersebut terpapar pada retinal yang terikat. Retinal dan retinal mengalami
interkonversi dengan adanya enzim-enzimdehidrogenase atau reduktase yang
memerlukan NAD atau NADP di dalam banyak jaringan. Namun demikian, begitu
terbentuk dari retinal, asam retinoat tidak dapat diubah kembali menjadi
retinal atau menjadi retinal.Asam retinoat dapat mendukung pertumbuhan dan
differensiasi, tetapi tidak dapat menggantikan retinal dalam peranannya pada
penglihatan atau pun retinal dalam dukungannya pada system reproduksi.
Retinol setelah diambil oleh CRBP diangkut ke dalam sel dan terikat
dengan protein nucleus, di dalam nucleus inilah retinal terlibat dalam
pengendalian ekspresi gen-gen tertentu, sehingga retinal bekerja menyerupai
hormon steroid. Retinal merupakan kompoenen pigmen visual rodopsin,yang mana
rodopsin terdapat dalam sel-sel batang retina yang bertanggung jawab atas
penglihatan pada saat cahaya kurang terang. 11 – sis – Retinal yaitu isomer all
– transretinal,terikat secara spesifik pada protein visual opsin hingga
terbentuk rodopsin. Ketika terkena cahaya, rodopsin akan terurai serta
mambentuk all-trans retinal dan opsin. Reaksi ini disertai dengan perubahan
bentuk yang menimbulkan saluran ion kalsium dalam membran sel batang. Aliran
masuk ion-ion kalsium yang cepat akan memicu impuls syaraf sehingga memungkin
cahaya masuk ke otak Asam retinoat turut serta dalam sintesis glikoprotein. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa asam retinoat bekerja dalam menggalakkan pertumbuhan
dan differensiasi jaringan.
Retinoid dan karotenoid memiliki aktivitas anti kanker.Banyak penyakit
kanker pada manusia timbul dalam jaringan epitel yang tergantung pada
retinoid untuk berdifferensiasi seluler yang normal .ß–karoten merupakan zat
antioksidan dan mungkin mempunyai peranan dalam menangkap radikal bebas peroksi
di dalam jaringan dengan tekanan parsial oksigen yang rendah. Kemampuan
ß–karoten bertindak sebagai antioksidan disebabkan oleh stabilisasi radikal
bebas peroksida di dalam struktur alkilnya yang terkonjugasi. Karena ß –
karoten efektif pada konsentrasi oksigen yang rendah, zat provitamin ini
melengkapi sifat-sifat antioksidan yang dimiliki vitamin E yang efektif dengan
konsentrasi oksigen yang lebih tinggi.
2. Apakah yang dimaksud hipervitaminosis?
Terlalu banyak mengonsumsi vitamin A dapat menyebabkan hipervitaminosis,
keadaan keracunan akibat kelebihan vitamin A, yaitu antara 75.000-500.000 SI
atau 40.000-55.000 RE setiap hari untuk jangka waktu beberapa bulan. Sebaliknya,
gejala kelebihan vitamin A pada orang dewasa adalah: sakit kepala, pusing,
rambut rontok, kulit kering, tidak selera makan, dan sakit pada tulang.
Kelebihan vitamin A pada wanita dapat menyebabkan terhentinya menstruasi.
Kelebihan vitamin A pada bayi dapat menyebabkan pembesaran kepala atau
hidrosefalus. Kasus ini hanya akan terjadi bila konsumsi dilakukan dalam bentuk
vitamin A.
3. Bagaimanakah proses vitamin A sehingga
dapat berfungsi pada penglihatan?
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Di dalam
mata, retinol (bentuk vitamin A yang terdapat di dalam darah) dioksidasi
menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk rodopsin
(suatu pigmen penglihatan). Rodopsin terdapat pada sel khusus di dalam retina
mata yang dinamakan rod.
Mata membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan dapat melihat dari ruangan
dengan cahaya terang ke ruangan dengan cahaya remang-remang. Kecepatan mata
untuk beradaptasi, berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam
darah untuk membentuk rodopsin.
0 komentar:
Posting Komentar