TUGAS KELOMPOK
Ekologi hewan
“keberadaan habitat tempat perkembangan
nyamuk “
Di Susun Oleh
Kelompok 7
Nama
|
NPM
|
TTD
|
1. Henny SupRI Yati
|
10321323
|
1
|
2. Miftahul huda
|
103213
|
2
|
3. Heni zulfia A,
|
10321324
|
3
|
4. Fitri Wulandari
|
10321222
|
4
|
5.
Iis Puspita sari
|
103213
|
5
|
Prody : Bology (A)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH METRO
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil
‘alamin. Berkat rahmat Allah yang maha pemurah lagi Maha Penyayang. Yang telah
memberikan kita semua kemuliaan, sehingga kita masih diberikan hidup oleh-Nya hingga saat ini.
Sholawat serta
salam kami haturkan kepada junjungan nabi Allah, Muhammad SAW. Yang telah
membimbing kita semua dari keterpurukan edukasi hingga kita menjadi manusia
yang berakal. A-min.
Tak lupa kami
sampaikan terima kasih atas dukungan moril baik dari pihak Dosen, Teman
kelompok maupun orang tua yang selalu memberikan motivasi kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan mencapai tujuan dari tema “keberadaan habitat tempat perkembangan nyamuk “Dengan ini kami
mengucapkan syukur terhadap karunia-Nya yang telah memberikan ilmu kepada kita
semua. Sehingga makalah ini, yang insyaa llah dapat membantu kawan-kawan semua
untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang tema tersebut.
Sehingga, kami
menggarapkan kritikan serta saran yang mendukung demi kesempurnaan makalah
ini.Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua yang
belum mengetahui. A-miin.
Metro, April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan masalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Nyamuk anopheles.......................................................................... 3
1.
Klasifikasi Nyamuk Anopheles.................................................. 3
2.
Morphologi................................................................................. 5
3.
Bionomi ( perilaku
nyamuk )...................................................... 6
2.2 Nyamuk Ae. aegypti ....................................................................... 11
1. Klasifikasi
Nyamuk Ae. aegypti .......................................... 11
2. Morfologi
Nyamuk Ae. Aegypti .......................................... 11
3. Ciri-Ciri
Nyamuk aedes Aegypty........................................ 13
4. Siklus
Hidup Nyamuk Ae. Aegypti ..................................... 14
5. Tata
Hidup Nyamuk Ae. Aegypti ........................................ 14
6. Nyamuk
Ae. Aegypti Sebagai Vektor Penyakit ................... 15
2.3 Nyamuk Culex sp............................................................................. 16
1.
Klasifikasi.................................................................................. 17
2.
Morfologi................................................................................... 17
2.4 studi kasus demam berdarah ........................................................... 19
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera
termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk
jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk
mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang;
antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.
Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai
"Mosquito", berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats. Pada nyamuk betina, bagian
mulutnya membentuk probosis panjang
untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga
reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk
betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk
terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein,
kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan
berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk
menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak
pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik
nyamuk yang lain.
Nyamuk sekarang ini banyak sekali yang sangat Merugikan
manusia khususnya. Nyamuk ketika mengigit manusia akan menimbulkan banyak
keresahan di antaranya rasa gatal , kemudian demam , dan lainnya. Dengan mengenal ragam
nyamuk, kita bisa tahu upaya mencegah bahaya penyakit yang ditularkannya. Hampir semua orang tua yang mempunyai anak balita,
terlebih bayi, pasti menginginkan rumahnya terbebas dari nyamuk. Sayangnya,
tamu tak diundang ini tidak siang maupun malam selalu saja berkunjung ke rumah
kita. Terlebih bila di rumah banyak terdapat pepohonan rimbun dan tempat air
tergenang.
B.
Perumusan Penulisan
Berkaitan dengan latar belakang di atas , maka rumusan dari makalah ini di
antaranya agar dapat mengetahui :
1.
Apakah yang
di ketahui mengenai nyamuk ?
2. Apa saja jenis nyamuk yang ada di sekeliling kita ?
3. Jelaskan daur hidup dari salah satu
nyamuk yang ada di lingkungan kita ?
C. Tujuan Permasalahan
Dari perumusan masalah di atas , maka
tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui tentang mengenai
nyamuk.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis nyamuk yang ada di sekeliling kita
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui daur hidup dari salah
satu nyamuk yang ada di lingkungan kita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nyamuk Anopheles
1. Klasifikasi
Nyamuk Anopheles
Urutan
penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya
adalah sebagai berikut :
Phylum :
Arthropoda
Classis : Hexapoda / Insecta
Sub Classis : Pterigota
Ordo : Diptera
Familia :
Culicidae
Sub Famili :
Anophellinae
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles
Ada
beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia
antara lain :
a.
Anopheles sundauicus
Spesies
ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali. Jentiknya
ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh–tumbuhan enteromopha,
chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik
ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari
permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.
b.
Anopheles aconitus
Di
Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan
Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di
daerah kaki gunung pada ketinggian 400–1000 meter dengan persawahan bertingkat.
Nyamuk ini merupakan vektor pada daerah–daerah tertentu di Indonesia, terutama
di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
c.
Anopheles barbirostris
Spesies
ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran
rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak begitu
cepat, ada tumbuh–tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada
tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit.
d.
Anopheles kochi
Spesies
ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada
tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau,
kubangan, dan sawah yang siap ditanami.
e.
Anopheles maculatus
Penyebaran
spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini
terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan air
laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari.
f.
Anopheles subpictus
Sepesies
ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi
dua spesies yaitu :
1.
Anopheles subpictus subpictus
Jentik
ditemukan di dataran rendah, kadang–kadang ditemukan dalam air payau dengan
kadar garam tinggi.
2.
Anopheles subpictus malayensis
Spesies
ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada
air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit.
g.
Anopheles balabacensis
Spesies
ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak
binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya
terhenti.
2.
Morphologi
Malaria
merupakan penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, malaria disebabkan
oleh protozoa dari genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia
dan splenomegali. Sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium,
yaitu :
1)
Plasmodium falciparum sebagai penyebab
Malaria Tropika.
2)
Plasmodium vivaks sebagai
penyebab penyakit Malaria Tertiana.
3)
Plasmodium malariae sebagai
penyebab penyakit Malaria Quartana.
4)
plasmodium ovale yang
menyebabkan penyakit Malaria yang hampir serupa dengan Malaria Tertiana.
Dalam
daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk.
Siklus aseksual didalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni dan
siklus seksual yang terbentuk sporozoit disebut sebagai sporogoni.
1.
Skizogoni
Sporozoit
infektif
dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles, dimasukkan kedalam aliran darah
hospes vertebrata (manusia) melalui tusukkan nyamuk, dalam waktu 30
menit memasuki sel parenkim hati, mulai stadium eksoeritrositik dari
daur hidupnya. Di dalam sel hati parasit tumbuh skizon.
2.
Sporogoni
Sporogoni
terjadi
didalam nyamuk. Gemetosit yang masuk bersama darah, tidak dicernakan
bersama sel–sel darah lain. Pada Mikrogametosit jantan titik kromatin
membagi diri menjadi 6–8 inti yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir
beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan mempunyai gerakan aktif, yaitu
yang menjadi 6–8 mikrogametber inti tunggal, didesak keluar akhirnya
lepas dari sel induk. Proses ini disebut sebagai aksflagelasi.
Sementara
makrogametosit betina menjadi matang sebagai makrogamet terdiri
atas sebuah badan dari sitoplasma yang berbentuk bulat dengan sekelompok
kromatin ditengah. Pembuahan (fertilisasi) terjadi karena
masuknya satu mikrogamet kedalam mikrogamet untuk membentuk Zigot.
3.
Distribusi Geografik
Penularan
malaria
secara ilmiah berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Hanya
spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu menularkan penyakit malaria
dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Lebih dari 400 spesies Anopheles
didunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan
dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang
menjadi vektor malaria.
Penyebaran
geografik vektor malaria di Indonesia adalah sebagai berikut:
a)
An. Aitkenii :
ditemukan di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
b)
An. Umbrosus :
terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
c)
An. Beazai : pulau
Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
d)
An. Letifer :
terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan.
3.
Bionomi ( perilaku nyamuk )
a.
Perilaku saat menghisap darah dan
mekanisme penularan penyakit.
Hanya
nyamuk betina yang sering menghisap darah nyamuk Anopheles sering
menghisap darah diluar rumah dan suka menggigit diwaktu senja sampai dini hari
(Eksofagik) serta mempunyai jarak terbang sejauh 1,6 Km sampai dengan 2
Km. Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung Gametosit sampai
mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik.
Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara yaitu :
§
Alamiah (Natural Infaction)
Bila
orang sehat digigit nyamuk malaria yang telah terinfeksi oleh plasmodium.
Pada saat mengigit sporozoit yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah
manusia. Kemudian orang sehat menjadi sakit dan dalam tubuhnya terjadi siklus
hidup parasit malaria.
§
Induksi (Induced)
Bila
stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk dalam badan manusia
melalui darah, misalnya transfusi, suntikan, atau secara kongenital (bayi baru
lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah placenta),
atau secara sengaja untuk pengobatan berbagai penyakit (sebelum perang dunia ke
2) demam yang timbul dapat menunjang pengobatan berbagai penyakit seperti lues
dan sindrum nefrotik.
Manusia Nyamuk Anopheles
Dalam hati Dalam kelenjar.
Nyamuk
Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam metamorfosa sempurna.
Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa.
Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal : suhu, adanya zat
kimia/biologisdi tempat hidup. Siklus hidup nyamuk Anopheles secara
umum adalah:
1. Telur
Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan
50-200 buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah (tidak
bergabung menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim
dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu).
2.
Larva
Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang
membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat
adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai
siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup
dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat
dipermukaan .
3.
Pupa (kepompong)
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa
hari pada bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.
4.
Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk
menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai
sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk
betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah
menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding place).
Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat
sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk anopheles adalah
pada saat posisi istirahat menungging.
Untuk terjadi
penularan penyakit malaria harus ada empat faktor yaitu:
1)
Parasit (agent / penyebab
penyakit malaria.
2)
Nyamuk Anopheles (vektor
malaria)
3)
Manusia (host intermediate)
4)
Lingkungan (environment)
4.
Pengendalian Nyamuk Anopheles
1)
Pengendalian yang mungkin dan
sudah di lakukan.
Nyamuk Anopheles
dewasa ini banyak sekali metode pengendalian vektor dan binatang pengganggu
yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dari berbagai metode yang
telah dikenal dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Parasit Vektor
2.
Lingkungan
3.
Biologis
4.
Lingkungan
5.
Fisik
6.
Manusia
1.
Pengendalian dengan cara
menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles.
A.
Penggunaan kawat kasa pada
ventilasi.
Dimana
keadaan rumah ventilasi udara dipasangi atau tidak dipasangi kawat kasa ini
berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
B.
Menggunakan kelambu pada waktu
tidur.
Kebiasaan
menggunakan kelambu pada tempat yang biasa di pergunakan sebagai tempat tidur
dan di gunakan sesuai dengan tata cara penggunaan kelambu untuk tempat tidur
dan waktu penggunaan kelambu saat jam aktif nyamuk mencari darah.
C.
Menggunakan zat penolak (Repellent).
Untuk
kebiasaan penggunaan repellent yang digunakan pada saat atau waktu nyamuk
menggigit atau pada waktu akan tidur malam atau pada waktu lain di malam hari.
2.
Pengendalian dengan cara genetik
dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk dewasa.
·
Pengendalian dengan cara menghilangkan atau
mengurangi tempat perindukan, yang termasuk kegiatan ini adalah :
1)
Penimbunan tempat-tempat yang
dapat menimbulkan genangan air.
2)
Pengeringan berkala dari satu sistem
irigasi.
3)
pengaturan dan perbaikan aliran
air.
4)
Pembersihan tanaman air dan semak
belukar.
5)
Pengaturan kadar garam misalnya
pada pembuatan tambak ikan atau udang.
3.
Pengendalian Cara Biologi.
Pengendalian
dengan cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya (predator)
atau dengan menggunakan protozoa, jamur dan beberapa jenis bakteri serta
jenis jenis nematoda.
·
Pengendalian Cara Fisika-Mekanik.
Pengendalian
dengan Fisika-Mekanik ini menitik beratkan usahanya pada penggunaan dan memanfaatkan
faktor-faktor iklim kelembaban suhu dan cara-cara mekanis.
·
Pengendalian dengan cara
pengolaan lingkungan (Environmental management).
Dalam
pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu :
a.
Perubahan lingkungan (Environmental
Modivication).
Meliputi
kegiatan setiap pengubahan fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman
yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan
nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kuwalitas lingkungan
hidup manusia. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan (filling),
pengertian (draining), perataan permukaan tanah dan pembuatan bangunan,
sehingga vektor dan binatang penganggu tidak mungkin hidup.
b.
Manipulasi Lingkungan (Environment
Manipulation)
Sehingga
tidak memungkinkan vektor dan binatang pengganggu berkembnang dengan baik.
Kegiatan ini misalnya dengan merubah kadar garam (solinity), pembersihan
tanaman air atau lumut dan penanaman pohon bakau pada pantai tempat perindukan
nyamuk sehingga tempat itu tidak mendapatkan sinar matahari.
2)
Pengendalinan Dengan Cara Kimia
(Chemical Control).
Pengendalian
dengan cara kimia (Chemical Control) ini disebut juga pengendalian
dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah suatu zat kimia yang dapat
membunuh vektor dan binatang pengganggu. Disamping pengendalian secara langsung
kepada vektor, pengendalian secara kimiawi juga bisa dilakukan terhadap tanaman
yang menunjang kehidupan vektor dan binatang penggangu dengan menggunakan herbisida.
Penggunaan pestisida untuk mengendalikan vektor dan binatang pengganggu memang
sangat efektif tetapi dapat menimbulkan masalah yang serius karena dapat
merugikan manusia dan lingkungannya.
2.2
Nyamuk Ae. aegypti
1.
Klasifikasi Nyamuk Ae. aegypti
Klasifikasi hewan,
yaitu (Soegijanto, 2006) :
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
Marga : Aedes
Jenis : Aedes
aegypti L
2.
Morfologi Nyamuk Ae.
Aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran kecil bila
dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain, berwarna dasar hitam dengan
bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayap. Pada bagian toraks
bagian belakang terdapat garis-garis putih keperak-perakan. Pada bagian toraks
ini terdapat sepasang kaki depan, sepasang kaki tengah, dan sepasang kaki
belakang (Hasan, 2006). Sisik-sisik pada tubuh nyamuk umumnya mudah rontok atau
terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (Soegijanto,
2006). Dalam hal ukuran, nyamuk jantan
yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada
antena nyamuk jantan.
1)
Telur
Telur nyamuk Ae. Aegypti berbentuk ellips atau oval
memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-0,8 mm, permukaan polygonal, tidak memiliki
alat pelampung, dan diletakkan satu per satu pada benda-benda yang terapung
atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan
langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas,
sebanyak 85% melekat di dinding TPA, sedangkan 15% lainnya jatuh ke permukaan
air.
2)
Larva
Larva nyamuk Ae. Aegypti tubuhnya memanjang tanpa
kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini
dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis),
dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III, dan
IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm,
duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum jelas, dan corong
pernafasan (siphon) belum menghitam. Larva instar II bertambah besar,
ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna
hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat
dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen).
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang
antena tanpa duri-duri, dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing).
Perut tersusun atas 8 ruas. Larva Ae. Aegypti ini tubuhnya langsing dan
bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, dan waktu istirahat
membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.
3)
Pupa
Pupa nyamuk Ae. aegypti bentuk tubuhnya bengkok,
dengan bagian kepala-dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan
dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian
punggung (dorsal) dada terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada
ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang.
Alat pengayuh terdapat berjumbai panjang dan bulu di nomer 7 pada ruas perut
ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih
lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat, posisi pupa sejajar
dengan bidang permukaan air.
4)
Dewasa
Nyamuk Ae. aegypti tubuhnya tersusun dari tiga
bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang
mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe
penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia
(anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah
sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih
menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena
tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.
3.
Ciri-Ciri Nyamuk aedes aegypty
Ciri fisik nyamuk
yang menularkan penyakit DBD dengan nama aedes aegypty adalah sebagai berikut :
a.
Berwarna hitam dengan
loreng putih (belang-belang berwarna putih) di sekujur tubuh nyamuk.
b.
Bisa terbang hingga
radius 100 meter dari tempat menetas.
c.
Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali.
d.
Nyamuk betina
menghisap darah pada pagi hari dan sore hari.
e.
Senang hinggap di
tempat gelap dan benda tergantung di dalam rumah.
f.
Hidup di lingkungan
rumah, bangunan dan gedung
g.
Nyamuk bisa hidup
sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu.
Tempat yang biasa
dijadikan tempat bertelur (berkembang biak) adalah di tempat yang tergenang air
bersih dalam waktu lama seperti bak mandi, vas bunga, kaleng bekas, pecahan
botol, penampungan air, lubang wc, talang air, dan lain sebagainya. Air kotor
seperti got, air keruh, air empang, genangan yang berhubungan langsung dengan
tanah, dsb bukan tempat yang cocok bagi nyamuk dengue untuk bertelur.
Nyamuk penyebab DBD
bertelur dengan ciri sebagai berikut :
a.
Jumlah telur bisa
mencapai 100 buah.
b.
Warna telur hitam
dengan ukuran rata-rata 0,8 mm
c.
Menetas setelah 2
hari terendam air bersih.
d.
Jika tidak ada air
maka telur akan tahan menunggu air selama 6 bulan.
Setelah telur
menetas, lantas menjadi jentik nyamuk dengan ciri-ciri :
a.
Gerakan lincah dan bergerak aktif di dalam air bersih dari
bawah ke permukaan untuk mengambil udara nafas lalu kembali lagi ke bawah.
b.
Memiliki ukuran 0,5
s/d 1 cm
c.
Jika istirahat jentik
terlihat tegak lurus dengan permukaan air.
d.
Setelah 6-8 hari akan
berubah jadi kepompong nyamuk.
a.
Kepompong nyamuk aides aigypty memiliki ciri seperti di
bawah ini :
a)
Bergerak lamban di
dalam air bersih. Sering berada di permukaan air.
b)
Memiliki bentuk tubuh seperti koma..
c)
Setelah usia 1-2 hari
maka kepompong siap berubah menjadi nyamuk baru dan siap mencelakakan umat
manusia yang ada di sekitarnya.
4.
Siklus Hidup Nyamuk Ae. Aegypti
Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami
metamorphosis sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva (beberapa
instar), pupa, dan dewasa (Sembel, 2009). Selama masa bertelur, seekor nyamuk
betina mampu meletakkan 100-400 butir telur. Biasanya, telur-telur tersebut
diletakkan di bagian yang berdekatan dengan permukaan air, misalnya di bak yang
airnya jernih dan tidak berhubungan langsung dengan tanah (Kardinan, 2009).
Telur nyamuk Ae. aegypti di dalam air dengan suhu 20-400C akan menetas
menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan
larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, tempat, keadaan air,
dan kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat perindukan. Pada kondisi
optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa
menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan perkembangan
telur, larva, pupa, sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari
(Soegijanto, 2006).
5.
Tata Hidup Nyamuk Ae. Aegypti
Nyamuk Ae. aegypti bersifat urban, hidup di perkotaan
dan lebih sering hidup di dalam dan di sekitar rumah (domestik) dan sangat erat
hubungannya dengan manusia. Tempat perindukan nyamuk Ae. aegypti yaitu
tempat di mana nyamuk Aedes meletakkan telurnya terdapat di dalam rumah
(indoor) maupun di luar rumah (outdoor). Tempat perindukan yang
ada di dalam rumah yang paling utama adalah tempat-tempat penampungan air: bak
air mandi, bak air WC, tendon air minum, tempayan, gentong tanah liat, gentong
plastik, ember, drum, vas tanaman hias, perangkap semut, dan lain-lain.
Sedangkan tempat perindukan yang ada di luar rumah (halaman): drum, kaleng
bekas, botol bekas, ban bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi oleh air
hujan, tendon air minum, dan lain-lain (Soegijanto, 2006). Ae. aegypti bersifat
diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya
nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan
protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan.
Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah
(Wikipedia, 2009). Nyamuk betina sangat sensitif terhadap gangguan sehingga
memiliki kebiasaan menggigit berulang-ulang. Kebiasaan ini sangat memungkinkan
penyebaran virus demam berdarah ke beberapa orang sekaligus (Kardinan, 2009).
Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktivitas
antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 (Depkes, 2005). Ae. aegypti suka
beristirahat di tempat yang gelap, lembap, dan tersembunyi di dalam rumah atau
bangunan, termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil, maupun di dapur.
Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di tumbuhan, atau
di tempat terlindung lainnya. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka
suka adalah di bawah furnitur, benda yang tergantung seperti baju dan korden,
serta di dinding (WHO, 2005). Penyebaran nyamuk Ae. aegypti betina
dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur
dan darah, tetapi tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dan lokasi
kemunculan. Akan tetapi, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa
nyamuk ini dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter terutama untuk mencari
tempat bertelur. Transportasi aktif dapat berlangsung melalui telur dan larva
yang ada dalam penampungan (WHO, 2005).
6.
Nyamuk Ae. Aegypti Sebagai Vektor Penyakit
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau Arthropoda
(Soemirat, 2007). Nyamuk merupakan anggota ordo Diptera yang
berbentuk langsing, baik tubuhnya, sayap maupun proboscisnya. Ciri-ciri khas
ordo Diptera, yaitu (Soedarto, 1992):
1)
Kepala, toraks, dan abdomen berbatas jelas
2)
Mempunyai sepasang antenna
3)
Sepasang sayap selaput melekat pada segmen toraks yang
kedua; pasangan sayap lainnya berubah bentuk menjadi alat keseimbangan
4)
Mulut berfungsi untuk mengisap
5)
Abdomen terdiri dari 10 segmen
Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari
penyakit-penyakit arbovirus (demam berdarah, chikungunya, demam kuning,
encephalitis, dan lain-lain), serta penyakit-penyakit nematoda (filariasis),
riketsia, dan protozoa (malaria). Di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500
spesies nyamuk meskipun sebagian besar dari spesies-spesies nyamuk ini tidak
berasosiasi dengan penyakit. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama,
biasanya adalah Aedes spp., Culex spp., Anopheles spp.,
dan Mansonia spp (Sembel, 2009). Aedes aegypti adalah vektor
terpenting bagi virus demam kuning, dengue, dan chikungunya. Nyamuk ini
terdistribusi antara 400 Lintang Utara dan 400 Lintang Selatan., tapi sangat
rentan terhadap temperatur yang ekstrem (Harwood, 1979).
2.3
Nyamuk Culex sp.
Nyamuk Culex sp. terdapat pada daerah tropis dan subtropics di seluruh
dunia dalam garis lintang 35°LU dan 35°LS, dengan ketinggian wilayah kurang
dari 1000 meter di atas permukaan air laut (WHO, 1997:7).. Nyamuk Culex sp.
Pada umumnya hanya hidup di daerah tepi pantai, tetapi kemudian menyebar ke
daerah pedalaman (Sumarmo, 1988:20).
Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan
sebelum ia dapat mengembangkan telur. Jika mereka tidak mendapatkan makanan
darah ini, maka mereka akan mati tanpa meletakkan telur . Kebiasaan terbang
dari nyamuk tergantung lagi pada spesiesnya. Kebanyakan spesies nyamuk domestik
terbang tetap cukup dekat dengan titik asal mereka sementara beberapa spesies
dikenal karena kebiasaan migrasi mereka . Rentang terbang untuk betina biasanya
lebih lama daripada jantan. Sering kali angin merupakan faktor dalam penyebaran
atau migrasi nyamuk. Kebanyakan nyamuk tinggal dalam jarak 1 atau 2 mil dari
sumber mereka. Namun, beberapa diantaranya telah tercatat terbang sejauh 75 mil
dari sumber perkembangbiakan mereka.
Siklus kehidupan nyamuk dewasa biasanya tergantung pada beberapa faktor:
suhu, kelembaban, jenis kelamin nyamuk dan sepanjang tahun. Kebanyakan jantan
hidup waktu yang sangat singkat, sekitar seminggu; dan betina tinggal sekitar
satu bulan, tergantung pada faktor di atas. (WHO, 1984:22).
Kebiasaan makan nyamuk cukup unik karena hanya nyamuk betina dewasa yang
menggigit manusia dan hewan lainnya. Sedangkan Nyamuk jantan hanya makan nektar
tanaman..Beberapa nyamuk betina memilih untuk makan hanya satu jenis binatang.
Nyamuk betina mengigit manusia, hewan peliharaan, seperti sapi, kuda, kambing,
dan sebagainya; semua jenis burung termasuk ayam; semua jenis binatang liar,
termasuk rusa, kelinci, dan mereka juga mengigit darah ular, kadal, katak, dll.
(Ditjen PPM&PLP, 1996:6).
1.
Klasifikasi
Klasifikasi nyamuk Culex sp. adalah sebagai berikut (Srisasi Gandahusada,
dkk, 2000:217):
dkk, 2000:217):
Divisi : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Diptera
Sub-Ordo : Nematocera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Sub-Famili : Culicinae
Genus : Culex
Species : Culex sp.
2.
Morfologi
Nyamuk Culex sp. mempunyai morfologi sebagai berikut:
a.
Telur
Telur Culex sp. berwarna hitam
dengan ukuran ± 0,08 mm (Ditjen
PPM&PLP, 1992:4), berbentuk seperti sarang tawon (Sumarmo, 1988:22).
PPM&PLP, 1992:4), berbentuk seperti sarang tawon (Sumarmo, 1988:22).
b.
Larva
Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut:
·
Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.
·
Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya
rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs).
·
Pada corong udara terdapat pectin.
·
Sepasang rambut serta jumbai akan
dijumpai pada corong (siphon).
(5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3.
(5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3.
·
Bentuk individu dari comb scale
seperti duri.
·
Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang
dengan bentuk kurva dan
adanya sepasang rambut di kepala.
adanya sepasang rambut di kepala.
Ada 4 tingkatan perkembangan
(instar) larva sesuai dengan pertumbuhan
larva yaitu:
larva yaitu:
a)
Larva instar I; berukuran 1-2 mm,
duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernapasan pada siphon
belum jelas.
b)
Larva instar II; berukuran 2,5–3,5
mm, duri–duri belum jelas, corong
kepala mulai menghitam.
kepala mulai menghitam.
c)
Larva instar III; berukuran 4-5 mm,
duri-duri dada mulai jelas dan
corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.
corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.
d)
Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna
kepala gelap.
c.
Pupa
Pupa Culex sp. berbentuk seperti
koma, berukuran besar namun lebih ramping dibandingkan dengan pupa spesies
nyamuk lain.
d.
Dewasa
Nyamuk Culex sp. berukuran lebih
kecil dibandingkan dengan spesies nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna
dasar hitam dengan bintik - bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Culex sp.
dibedakan dengan memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai
proboscis tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda (Srisasi
Gandahusada, dkk, 2000:218).
3.
Daur hidup
Daur hidup nyamuk Culex sp. melalui metamorfosis sempurna yaitu
telur-larva-pupa-dewasa (Ditjen PPM&PL, 2001:21). Daur hidup nyamuk Culex sp.
telur-larva-pupa-dewasa (Ditjen PPM&PL, 2001:21). Daur hidup nyamuk Culex sp.
Sumber: North Dakota State University (1991) Nyamuk Culex sp. betina dapat
meletakkan telur sampai 100 butir setiap datang waktu bertelur. Telur-telur
tersebut diletakkan di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding
vertikal bagian dalam tempat-tempat penampungan air. Nyamuk Culex sp. betina
lebih menyukai tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan
telurnya dibandingkan dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat
penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik
sehingga mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo, 1988:21).
Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 °C, sementara
pada suhu 16 °C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan
lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan
sampai berbulan-bulan pada suhu -2 °C sampai 42 °C (Upik Kesumawati Hadi dan
Susi Soviana, 2000:25).
Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi
empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari
telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III
terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari
telur menetas (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).
Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas. Stadium pupa berlangsung
selama 2-3 hari. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan
suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat rendah dibawah
10 °C pupa tidak mengalami perkembangan (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana,
2000:25).
Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur
nyamuk Culex sp. betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi waktu
tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. betina untuk menyebarkan virus dengue dari
manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto, 1992:60).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan
yang telah di paparkan dapat di simpulkan bahwa nyamuk adalah Nyamuk adalah serangga
tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk
jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk
mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang;
antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm. Jenis nyamuk yang
ada di antarnya adalah Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemaupnyagoggus.
Dan cara daur hidup nyamuk ini adalah siklus hidup berupa telur, larva (beberapa
instar), pupa, dan dewasa (Sembel, 2009). Selama masa bertelur, seekor nyamuk
betina mampu meletakkan 100-400 butir telur. Biasanya, telur-telur tersebut
diletakkan di bagian yang berdekatan dengan permukaan air, misalnya di bak yang
airnya jernih dan tidak berhubungan langsung dengan tanah (Kardinan, 2009).
Telur nyamuk Ae. aegypti di dalam air dengan suhu 20-400C akan menetas
menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan
larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, tempat, keadaan air,
dan kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat perindukan. Pada kondisi
optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa
menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan perkembangan
telur, larva, pupa, sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari
(Soegijanto, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus . 2009. Macam-macam nyamuk :
Prawoto .1985 . perilaku
hewan . p.hewan PMIPA IKIP .yogyakarta .
0 komentar:
Posting Komentar