Hal yang
dibahas di bagian ini adalah tahun sebenarnya pembangunan Ka’bah di
Mekah, penggalian sumur Zamzam, dan transfer Batu Hitam ke Mekah.
Pernyataan Muhammad bahwa Abraham dan
Ishmael membangun Ka’bah di Mekah terbukti salah, terutama jika kita
mempelajari asal-usul Batu Hitam (Hajar Aswad), yang merupakan jantung
kuil tersebut.
Abraham tidak pernah datang ke Mekah,
dan tidak pula Ishmael dan putra Ishmael yakni Nabaioth. Meskipun
demikian, biografer Muhammad yakni Ibn Ishaq menyatakan bahwa Abraham
bertanggung jawab atas pembangunan kuil Ka’bah di Mekah, dan lalu
diurus oleh Ishmael, dan akhirnya oleh Nabaioth. Dongeng karangan Ibn
Ishaq dan teman²nya ini mengatakan bahwa setelah Nabaioth, suku Jurhum,
yang kata mereka tinggal di Mekah di jaman Abraham, mengambil alih
pengurusan Ka’bah di Mekah. Menurut dongeng mereka, suku ini terus
mengurus Ka’bah sampai suku Khuzaa’h datang ke Mekah dari Yaman. Hal
ini terjadi setelah bendungan di Ma’rib mulai menunjukkan tanda² retak
dan memaksa mereka pergi. Dongeng mengisahkan bahwa suku Khuzaa’h
datang ke Mekah, dan menaklukkan suku Jurhum. Suku Jurhum kemudian
meninggalkan Mekah untuk menyembunyikan Batu Hitam dan dua patung gazel
emas. Mereka menyembunyikan barang² tersebut di mata air Zamzam, lalu
menutupi mata air, Batu Hitam dan patung² emas dengan tanah agar tidak
kelihatan. [171] Tanggal kejadian ini sangatlah penting. Menurut
dongeng tersebut, suku Jurhum tinggal di Mekah sampai bendungan Ma’rib
retak, dan suku Khuzaa’h meninggalkan Mekah. Kita tahu bahwa kejadian²
ini terjadi di tahun 150 M.
[171] Tarikh al-Tabari, I, hal. 524
[171] Tarikh al-Tabari, I, hal. 524
Keterangan hadis Islam yang tak masuk akal tentang suku Jurhum dan usaha penyembunyian mata air Zamzam dan Batu Hitam.
Pertama, jika kisah tentang suku Jurhum
itu benar, maka mengapa para penulis klasik tidak pernah menyebut
tentang Mekah dan kuil Ka’bah padahal mereka telah mengunjungi daerah
Arabia barat, menyebut semua suku yang tinggal di situ, bahkan yang
terkecil sekalipun?
Kedua, setelah dikalahkan, bagaimana
mungkin suku Jurhum bisa mengubur dua patung emas gazel dan batu besar
hitam yang tadinya terletak di kuil Ka’bah tanpa pengetahuan para
penduduk Mekah? Suku apapun yang meninggalkan Mekah sudah tentu akan
membawa harta emasnya dan tidak menguburnya di tempat umum, apalagi di
satu²nya sumber mata air kota Mekah.
Ketiga, Batu Hitam adalah batu yang
besar. Tidaklah mudah untuk membawa batu itu keluar lingkungan Ka’bah.
Menurut klaim Islam, perang terjadi untuk menentukan siapakah yang
berhak mengurus Ka’bah. Bagaimana mungkin suku Jurhum yang kalah perang
ternyata bisa membawa Batu Hitam tanpa dicegah oleh suku Khuzaa’h yang
menang perang, atau setidaknya tidak tahu di mana batu itu
disembunyikan?
Keempat, jika mata air Zamzam sudah ada
di Arabia barat sejak jaman kuno, maka tentunya lokasi mata air itu
akan mudah diingat. Air merupakan hal yang amat penting bagi masyarakat
Arabia yang hidup di gurun pasir. Hadis Islam mengatakan mata air
Zamzam sudah ada sejak jaman Abraham, ketika malaikat Jibril memberi
air kepada Hagar dan putranya Ishmael. Jika itu benar, maka tentunya
tidak hanya masyarakat Mekah yang tahu akan keberadaan mata air ini,
tapi juga berbagai kota di sekitar Mekah. Masyarakat Baduy akan
berbondong-bondong datang ke mata air tersebut untuk memberi minum
ternak mereka. Penduduk sekitar juga akan sering berkunjung untuk
memenuhi kebutuhan air mereka. Sumber mata air tak bisa disembunyikan,
meskipun dengan tumpukan pasir sekalipun.
Kisah suku Jurhum menyembunyikan benda²
berharda di mata air sekitar abad ke-2 M terus diulang dengan tambahan
bahwa Abdul Mutalib, kakek Muhammad, menemukan mata air di akhir abad
ke-5 M. Kita bisa menyimpulkan bahwa mata air itu belum ada sebelum
jaman Abdul Mutalib, dan masyarakat Mekah menggali pasir di daerah itu
sehingga akhirnya menemukan sumber mata air yang sebenarnya merupakan
hal yang biasa terjadi di Timur Tengah. Pernyataan Muslim yang
mengatakan bahwa mata air Zamzam telah ada di Mekah selama 2.500 tahun
sebelum suku Jurhum akhirnya menutupinya selama 300 tahun adalah
keterangan yang tak masuk akal, karena semua mata air Arabia lebih
penting bagi masyarakat Baduy daripada Laut Merah. Kau mungkin dapat
menyembunyikan letak laut dari mata suku² Arabia yang haus, tapi kau
tak dapat menyembunyikan mata air dari mereka untuk waktu selama itu.
Keterangan bahwa Batu Hitam disembunyikan
selama tiga atau empat abad adalah tak masuk akal. Batu itu dianggap
sebagai batu keramat di setiap kuil Ka’bah, karena dianggap mewakili
wujud bulan. Ibadah agama Keluarga Bintang Arabia dengan sang dewa
bulan Allah sebagai ketuanya berhubungan erat dengan Batu Hitam. Istri
Allah yakni Ellat adalah dewi matahari, dan mereka punya putri yakni
al-‘Uzza dan Mannat yang mewakili dua buah planet. Umat Muslim percaya
bahwa Batu Hitam berasal dari Allah, yang dulu merupakan sang bulan
sebelum akhirnya planet Venus mengganti gelar Allah. Tidaklah mungkin
bahwa suatu suku bisa menyembunyikan batu besar yang disembah dan
dipuja banyak orang. Jika suku Jurhum mengambil batu itu dari Ka’bah,
tentunya mereka akan dikejar masyarakat sekitar. Suku Jurhum tak
mungkin bisa menyembunyikan batu besar itu di dalam mata air Zamzam,
tempat yang dikunjungi masyarakat Mekah setiap hari.
Kisah Batu Hitam (Hajar Aswad)
mengandung beberapa hal penting. Batu Hitam itu tak ada di sekitar Mekah
sampai kira² akhir abad ke-5 M. Itulah sebabnya mengapa hadis Islam
mencoba menutupi hal ini dengan menciptakan dongeng sejarah palsu. Batu
Hitam ini merupakan elemen penting untuk setiap kuil Ka’bah di Arabia.
Batu ini biasanya didatangkan dari daerah lain, kemungkinan Yaman, di
akhir abad ke-5 M.
Asa’d Abu Karb adalah Pembangun Ka’bah yang Sebenarnya di Awal Abad ke-5 M
Dikatakan bahwa sebelum Ka’bah dibangun,
orang² Khuzaa’h membangun sebuah tenda di tempat Ka’bah kelak
dibangun. [172] Suku Khuzaa’h datang dari Yaman sekitar abad ke-2 M. Di
abad ke-4 M, mereka menuju ke tempat di mana Mekah kelak dibangun.
Karena mereka tak menemukan kuil untuk ibadah, maka mereka mendirikan
tenda untuk beribadah di suatu lapangan.
[172] Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1, hal. 6
[172] Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1, hal. 6
Keterangan dari para penulis abad ke-8
M, yang mendengar keterangan dari jaman Muhammad, menyatakan bahwa
Ka’bah dibangun di awal abad ke-5 M oleh seorang pagan Himyarit ketua
suku Yaman bernama Asa’d Abu Karb. Dia juga dipanggil dengan nama Abu
Karb Asa’d, dan berkuasa atas Yaman di tahun 410-435 M. [173]
[173] A. Jamme, W.F., Sabaean Inscriptions from Mahram Bilqis (Ma’rib), the Johns Hopkins Press, Baltimore, 1962, Volume III, hal. 387; tulisan diberi nomer oleh G. Ryckmans, G. Ryckmans, Le Museon 66 (1953), hal. 363-7, p1.V; dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 219
[173] A. Jamme, W.F., Sabaean Inscriptions from Mahram Bilqis (Ma’rib), the Johns Hopkins Press, Baltimore, 1962, Volume III, hal. 387; tulisan diberi nomer oleh G. Ryckmans, G. Ryckmans, Le Museon 66 (1953), hal. 363-7, p1.V; dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 219
Contoh prasasti Sabaian yang menjelaskan sejarah Arabia kuno.
Fakta bahwa sejarawan Islam mengakui
Asa’d Abu Karb sebagai pemimpin pertama dalam sejarah yang menyelubungi
Ka’bah merupakan petunjuk penting bahwa dialah pembangun Ka’bah yang
sebenarnya. [174] Menyelubungi kuil Ka’bah dengan gorden/kiswah
merupakan tahap kedua terpenting setelah selesai membangun kuilnya.
Tahap ini mencakup menghias bagian dalam tembok, menempatkan karpet di
lantai dan tembok, dan menambah perhiasan di berbagai bagian dalam
kuil. (Masyarakat Arab tak akan beribadah di kuil yang tak dihiasi dan
diselubungi gorden.). Asa’d Abu Karb menyuruh Amir dari Azed untuk
membangun bagian dalam Ka’bah. [175] (Azed adalah suku yang datang dari
Yaman bersamaan dengan kedatangan suku Khazaa’h.) Asa’d Abu Karb
tentunya membangun Ka’bah di tempat yang sama di mana tenda ibadah
didirikan oleh suku Khuzaa’h.
[174] Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1:173; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 4:463
[175] Ibn Saad, Tabakat, 1, hal. 64
[174] Al-Azruqi, Akhbar Mecca, 1:173; Yaqut al-Hamawi, Mujam al-Buldan, 4:463
[175] Ibn Saad, Tabakat, 1, hal. 64
Asa’d Abu Karb, yang juga disebut
Tubb’a, menduduki kota Yathrib sebelum datang ke Mekah. [176] Tampaknya
dia menemukan banyak kuil di Yathrib, tapi ketika dia tiba di Mekah,
dia tak menemukan kuil apapun. Karena penduduk Mekah adalah para
pendatang baru dari Yaman, maka Asa’d Abu Karb membangun bagi mereka
kuil sederhana bergaya Yaman. Dia mendirikan kuil ini agar terjadi
hubungan baik antara penduduk Mekah dan dirinya. Dia juga menulis syair
tentang matahari terbenam dalam kolam lumpur, dan hal ini juga disebut
Muhammad dalam Qur’an.
[176] Ibn Hisham 1, hal. 20
[176] Ibn Hisham 1, hal. 20
Bagian Tambahan Lain Dibangun oleh Suku Quraysh pada Ka’bah
Suku Quraysh, yakni suku asli Muhammad,
lalu menguasai kota Mekah. Mereka mendapatkan batu hitam dari Yaman,
sehingga kuil mereka tampak seperti Ka’bah² lainnya, yang sesuai dengan
agama Keluarga Bintang Arabia, yang ibadahnya dilakukan di sekitar
batu hitam. Agama Keluarga Bintang dimulai di Yaman, tempat asal suku
Quraysh sebelum pindah ke Mekah. Ka’bah pertama yang dibangun Asa’d Abu
Karb beratap kayu. Tapi atap kayu ini lalu terbakar, sehingga mereka
menggunakan kayu yang dibawa perahu Byzantium, yang berhenti di pantai
Laut Merah yakni “al-Shaebieth.” Pemilik perahi adalah orang Mesir
Koptik bernama Bachum. Dia menjual kayu itu pada mereka dan lalu kayu
dibuat menjadi atap Ka’bah. [177] Kemudian, tatkala Muhammad masih
muda, hiasan² dan bagian² lain ditambahkan pada Ka’bah. [178]
[177] Halabieh 1, hal. 235; Ibn Hisham I, page 157; al-Azruqi, Akhbar Mecca I, hal. 104
[178] Tarikh al-Tabari, I, hal. 526
[177] Halabieh 1, hal. 235; Ibn Hisham I, page 157; al-Azruqi, Akhbar Mecca I, hal. 104
[178] Tarikh al-Tabari, I, hal. 526
Fakta pembangunan kuil Mekah seharusnya
membuat umat Muslim mempertanyakan keterangan Ibn Ishaq dan teman²nya
tentang kota itu, dan juga keterangan Muhammad di Qur’an bahwa Ka’bah
dibangun oleh Abraham dan Ishmael.
Masyarakat Yaman Membangun Kuil Ka’bah di Mekah
Suku Khuzaa’h dari Yaman membangun kota
Mekah di abad ke-4 M. Ibadah agama pagan Yaman telah meninggalkan sidik
jari di berbagai kuil Ka’bah, dan menunjukkan bahwa pembangunnya sudah
jelas bukan Abraham dan Ishmael.
Kita akan membahas mengapa berbagai
tatacara dan kebiasaan ibadah Yaman tampak jelas di Ka’bah di Mekah.
Perkataan dan kebiasaan Muhammad disebut Hadis. Koleksi buku hadis dari
“Muslim Sahih” dan “Bukhari Sahih” dianggap mengandung perkataan
Muhammad. Di dalam buku² tersebut dapat kita baca kebiasaan Muhammad
memeluk dan mencium dua batu, yakni “Rukun Yamani” dan “Batu Hitam.”
Ibn Abbas, saudara sepupu Muhammad dan pelapor hadis, mengatakan bahwa
Muhammad seringkali memeluk dua Rukun² Yamani. Yang dimaksud dengan
“Rukun² Yamani” adalah Batu Hitam dan batu lain lagi yang disebut Rukun.
[179] Dari keterangan ini kita ketahui bahwa Ka’bah mengandung dua
benda keramat yang disebut Rukun. Kedua batu ini ditempelkan di Ka’bah
dan disebut sebagai “Yamani” sehingga bisa diketahui bahwa batu²
tersebut berasal dari Yaman. Hal ini juga memperkuat keterangan bahwa
Ka’bah dibangun oleh pemimpin Yaman yakni Asa’d Abu Karb, sesuai dengan
tata cara ibadah Yaman, terutama ibadah agama Keluarga Bintang Arabia.
Allah adalah kepalanya, dan Ellat sang matahari adalah istrinya, dan
kedua putri mereka adalah al-‘Uzza dan Manat.
[179] Sahih Muslim 9, hal.15
[179] Sahih Muslim 9, hal.15
Sudut tembok “Rukun/Sudut Yamani” terletak di sebelah kiri bawah Ka’bah pada gambar di atas.
- RukunYemeni.jpg (70 KiB) Viewed 43 times
Muslim sibuk memeluk dan menciumi batu
“Rukun Yamani” di sudut Ka’bah. Ternyata bukan batu Hajar Aswad saja
yang diciumi Muslim, tapi batu Rukun/Sudut Yamani juga. Memang
begitulah kecenderungan umat pencium dan pemuja batu. Begitu ketemu
batu… weleehh… tahu aja sendiri.
- RukunYemeni1.jpg (24 KiB) Viewed 43 times
Sudut batu “Rukun Yamani” di dinding Ka’bah.
Tampaknya Batu Hitam dibawa dari Yaman
di jaman Abdul Mutalib, kakek Muhammad. Hadis Islam menyatakan batu itu
dan mata air Zamzam hilang selama berabad-abad sebelum jaman Muhammad.
Aku telah jelaskan bahwa keterangan ini tidak masuk akal. Fakta
menunjukkan bahwa Muhammad dan hadis Islam berusaha keras menghubungkan
ibadah pagan Yaman dari kakek moyang Muhammad dengan Abraham dan
Ishmael, meskipun fakta sejarah bertentangan akan hal itu. Mari kita
telaah hal ini.
Pertama, kota Mekah dibangun setelah abad
ke-4 M. Abu Karb Asa’d adalah pembangun pertama Ka’bah, di saat dia
berkuasa di Yaman pada tahun 410-435 M. Kedua Rukun, yakni batu keramat
di Ka’bah, berasal dari Yaman. Batu Hitam pertama kali muncul di Mekah
di jaman kakek Muhammad, yakni sekitar 495-520 M. Meskipun hadis Islam
menyebutkan hal ini, tapi Muslim tetap saja menciptakan dongeng untuk
menutupi celah sejarah.
Hal penting yang membuktikan orang²
Yamanlah yang mendirikan Ka’bah di Mekah dan juga tahun pembuatannya
terdapat di kerajaan Himyarit di Yaman. Abu Karb Asa’d, raja Himyarit,
mencoba memperluas kekuasaannya sampai ke Arabia barat tengah guna
menguasai rute dagang rempah² dari Yaman ke Arabia Utara, dan lalu ke
daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Abu Karb Asa’d atau Tubb’a
menguasai kota² Arabia barat tengah di awal abad ke-5 M, termasuk kota
Mekah dan Yahtrib (kelak bernama Medina). Sang Penguasa Yaman ini
ingin menyatukan berbagai kota tersebut ke dalam kerajaannya dengan
memperkuat ibadah agama Yaman yang sebenarnya telah dianut masyarakat
Mekah yang juga berasal dari Yaman. Kota Yathrib dibangun oleh dua suku
Yaman, yakni Aws dan Khazraj. Kedua suku ini meninggalkan Yaman ketika
bendungan di situ retak pada tahun 150 M, dan mereka lalu menetap di
Yathrib, yang telah lama dihuni suku² Yahudi yakni Bani Qurayza dan
An-Nadr. Abu Karb Asa’d berasal dari Yaman. Dia membangun Ka’bah di
Mekah untuk memperkuat kedudukannya di kota itu, dan untuk menyenangkan
hati masyarakat Mekah yang sebelumnya tak punya kuil tempat ibadah.
Sama seperti Abu Karb Asa’d, mereka pun beragama pagan Yamani.
Daerah hijau adalah daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent).
Ajaran Tubb’a tentang dongeng pagan
Yaman dan Yahudi dan pengaruhnya pada masyarakat Arabia di Arabia barat
tengah, dan akhirnya pada Muhammad.
Tubb’a juga mencoba membangun hubungan
dengan masyarakat Yahudi di Yathrib. Dia mempelajari pemikiran dan
ibadah agama mereka. Selain itu dia juga mempelajari dongeng² Yahudi,
misalnya tentang burung hupu yang mengumumkan tentang kerajaan Saba
pada Salomo. Dongeng ini datang dari buku dongeng Yahudi berjudul
Targum Kedua Esther (Second Targum of Esther). Muhammad menyampaikan
dongeng ini di dalam Qur’an.
Agar usahanya berhasil, Tubb’a membawa
dua rabi Yahudi ke Yaman. [180] Mereka mengajarkan padanya tentang
berbagai ibadah agama Yahudi beserta dongeng² masyarakat Yahudi,
sehingga Tubb’a mampu mencampurkannya ke dalam agama pagan Yaman.
Contohnya, dia menggabungkan ibadah Bintang Arabia dengan dongeng²
Yahudi. Dengan pengetahuan campur aduk ini, dia berharap bisa
mengontrol berbagai daerah Arabia barat tengah, di mana orang² Arabia
dan Yahudi tinggal. Dia lalu mengaku sebagai nabi, menguraikan
terperinci penjelasan tentang matahari, bumi, dan alam semesta yang
dianggap benar oleh masyarakat Yaman. Di Mekah, dalam rangka meyakinkan
pendengarnya bahwa dia adalah nabi, Tubb’a mengajarkan bahwa matahari
terbenam di kolam berlumpur hitam. [181] Dongeng ini juga dicantumkan
ke dalam Qur’an oleh Muhammad.
[180] al-Tabari, I, hal. 426-428; al-Ya’akubi I, hal. 226
[181] Tarikh al-Tabari, I, hal. 429
[180] al-Tabari, I, hal. 426-428; al-Ya’akubi I, hal. 226
[181] Tarikh al-Tabari, I, hal. 429
Setelah Tubb’a wafat, ajarannya diingat
dan dikisahkan ulang oleh banyak kelompok masyarakat, bahkan yang terus
hidup sampai di jaman Muhammad. Muhammad menganggap Tubb’a sebagai
Muslim dan setara nabi. [182] Terdapat banyak dongeng tentang Tubb’a
diantara masyarakat Arab. Al-Tabari mengisahkan kemenangannya berperang
di China dan Tibet. Hal ini jelas adalah keterangan sejarah yang
salah, tapi menunjukkan besarnya pengaruh Tubb’a bagi masyarakat Arabia
di jaman Muhammad, sampai² banyak yang menganggapnya sebagai nabi.
[183]
[182] Halabieh I, page 280
[183] Tarikh al-Tabari, I, hal. 331, 332, 360
[182] Halabieh I, page 280
[183] Tarikh al-Tabari, I, hal. 331, 332, 360
Ka’bah di Mekah dibangun bagi agama
Bintang Arabia, dan mengandung semua sifat Ka’bah² lainnya yang
dibangun bagi ibadah agama itu.
Kenyataan bahwa kuil Ka’bah di Mekah
dibangun sebagai kuil untuk ibadah agama Bintang Arabia tampak dalam
berbagai hal. Pertama, bentuknya sama persis seperti berbagai Ka’bah di
Arabia. Ka’bah² ini merupakan kuil² agama Keluarga Bintang Arabia, di
mana Allah dianggap sebagai ketuanya, dan Ellat sebagai istrinya. Semua
Ka’bah memiliki Batu Hitam sebagai benda yang paling keramat. Batu ini
mewakili dewa Bintang Arabia. Banyak dari batu² hitam itu yang
sebenarnya adalah batu meteor yang dilihat orang² Arab jatuh dari
langit ke bumi. Mereka mengira batu² meteor ini adalah utusan² dari
bulan, dan mereka menganggap bulan adalah Allah. Hal ini dipercayai
sebelum gelar Allah diberikan kepada Venus, yang menggantikan kedudukan
bulan sebagai kepala Keluarga Bintang.
Selain itu, pintu utama Ka’bah Mekah disebut sebagai “pintu jemaat penyembah matahari,” [184] dan matahari adalah istri Allah.
[184] Halabieh I, hal. 236
[184] Halabieh I, hal. 236
Muhammad Membenarkan Asal-usul agama Ka’bah adalah dari Yaman.
Peranan agama pagan Yaman dalam
pembangunan kuil Ka’bah di Mekah dan ajaran² agamanya pada masyarakat
Mekah tak dapat disembunyikan. Bahkan Muhammad sendiri mengakui dalam
beberapa hadis bahwa asal-usul sistem agama Mekah adalah Yaman.
Contohnya di hadis al-Bukhari di mana Muhammad berkata, “Iman dari orang
Yaman, fikih dari orang Yaman, hikmah Yaman.” Di hadis lain dia
berkata, “Kepercayaan dan aturan agama dari orang Yaman.” [185] Karena
itu, tidak hanya batu² keramat Ruku di Ka’bah yang berasal dari Yaman,
tapi juga aturan² agama, doktrin, dan iman juga berasal dari Yaman.
Sudah jelas Ka’bah di Mekah dibangun oleh pemimpin Yaman sesuai dengan
gaya agama pagan Yaman dan aturan ibadahnya. Dia mendirikan agama Yaman
di Mekah, dan agamanya juga dikenal di bagian lain Arabia. Dengan
begitu, bagaimana mungkin Abraham bisa membangun Ka’bah, jika catatan
sejarah yang kita miliki tentang pembangunan Ka’bah adalah benar?
Bagaimana mungkin Batu Hitam bisa berasal dari surga, dan bagaimana
caranya Abraham mendapatkannya dan membangun Ka’bah di sekitarnya, jika
batu itu tak ada di Mekah sebelum abad ke-5 M? Bagaimana mungkin ajaran
agama Muhammad berasal dari Allah melalui malaikat Jibril, padahal
asal-usul agamanya adalah dari Yaman?
[185] Al-Bukhari 5, hal. 122; Halabieh I, hal. 259
[185] Al-Bukhari 5, hal. 122; Halabieh I, hal. 259
Ahli Islam terkenal Mesir yakni Tah
Hussein mengritik budaya Islam karena menghubungkan kuil Ka’bah di
Mekah dengan tokoh2 Abraham dan Ishmael. [186] Tah berkata, “Kasus
masalah ini sudah sangat jelas karena Ka’bah adalah bangunan baru yang
dibangun sebelum munculnya Islam. Islam memanfaatkannya untuk alasan²
agama.” [187]
[186] Kutipan dari Alessandro Bausani, L’Islam, Garzanti Milano, 1980, hal. 208
[187] Kutipan dari Mizan al-Islam oleh Anwar al-Jundi, hal. 170 ; Behind the Veil, hal. 184
[186] Kutipan dari Alessandro Bausani, L’Islam, Garzanti Milano, 1980, hal. 208
[187] Kutipan dari Mizan al-Islam oleh Anwar al-Jundi, hal. 170 ; Behind the Veil, hal. 184
Tahun Pembangunan Ka’bah oleh Suku Khuzaa’h
Banyak unsur sejarah yang membantu kita
untuk mengetahui kapan tepatnya Mekah dibangun. Salah satu unsur utama
adalah kerusakan yang terjadi pada bendungan Ma’rib di Yaman sekitar
tahun 150 M. Kerusakan ini menyebabkan berbagai keluarga dan suku Yaman
berimigrasi ke utara. Salah satu dari keluarga tersebut adalah
keluarga Amru bin Amer, orang Yaman yang keturunannya menghasilkan
banyak suku. Salah satu suku tersebut adalah suku Khuzaa’h, yang
berdiam di Arabia barat tengah. Kelak mereka membangun kota Mekah.
Dari buku² sejarah Tabari, sejarawan
Arabia terkenal, kita ketahui bahwa hal ini terjadi di saat yang sama
bangsa Lakhmid pergi dari Yaman ke Mesopotamia. Di saat yang sama, Amru
bin Amer, ayah Khuzaa’h, meninggalkan Yaman. [188] Bangsa Lakhmid tiba
di daerah Mesopotamia, di kota Hira, pada abad ke-2 SM. Kelak orang²
Persia menggunakan mereka untuk menjaga perbatasan Persia dan Kekaisaran
Byzantium, yang sedang menguasai Syria. Raja Lakhmid pertama adalah
Amr I bin Adi, yang berkuasa di tahun 265-295 M. [189] Hancurnya
bendungan Ma’rib mengakibatkan suku² lain seperti Ghassan pergi
meninggalkan Yaman dan tinggal di perbatasan Byzantium. [190] Suku² ini
masih berhubungan darah satu sama lain karena mereka adalah keturunan
Amru bin Amer. [191] Suku Shamar juga meninggalkan Yaman dan lalu
tinggal di padang pasir Syria; suku² lain pergi ke Arabia utara dan
daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). [190] Suku² Aws dan
Khazraj meninggalkan Yaman dan tinggal di Yathrib, yang nantinya
dikenal sebagai Medina, di mana suku² Yahudi Bani Qurayza dan An-Nadir
telah lama tinggal. Suku Ozd al-Sarat pergi ke al-Sarat dekat Orfeh,
tak jauh dari tempat di mana Mekah kelak dibangun. Suku Khuzaa’h
tinggal di tempat bernama Mur atau Mur al-Thahran, [192] yang juga tak
jauh dari tempat di mana Mekah kelak dibangun. [193]
[188] Tarikh al-Tabari, I, hal. 431 and 360 juga menyebutkan tentang suku² keturunan Maad bin Adnan dari Yaman yang berimigrasi ke daerah Hira di Mesopotamia.
[189] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I , Liverpool University Press, 1994, hal. 251
[190] James Montgomery, Arabia and the Bible, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, hal. 126; Montgomery juga mengutip Philby, The Heart of Arabia, II, hal. 97
[191] Ibn Hisham I, hal. 12
[192] Ibn Hisham I, hal. 13
[193] Komentar² pada buku Ibn Hisham I, hal. 13
[188] Tarikh al-Tabari, I, hal. 431 and 360 juga menyebutkan tentang suku² keturunan Maad bin Adnan dari Yaman yang berimigrasi ke daerah Hira di Mesopotamia.
[189] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I , Liverpool University Press, 1994, hal. 251
[190] James Montgomery, Arabia and the Bible, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, hal. 126; Montgomery juga mengutip Philby, The Heart of Arabia, II, hal. 97
[191] Ibn Hisham I, hal. 12
[192] Ibn Hisham I, hal. 13
[193] Komentar² pada buku Ibn Hisham I, hal. 13
Mekah Dibangun Suku Khuzaa’h sebagai Gardu/Stasiun Terpencil di Jalur Dagang Rempah²
Tiada kota bernama Mekah di daerah itu;
jika ada, tentunya suku Khuzaa’h dan Ozd akan menempatinya, sama
seperti suku Aws dan Khazraj menempati kota Yathrib. Selama satu
setengah abad, suku Khuzaa’h tinggal di daerah dekat Mekah kelak
dibangun. Mereka lalu mengambil keputusan untuk membangun gardu/stasiun
bagi jalur kafilah di mana para pedagang bisa beristirahat dan
melakukan transaksi dagang. Jika Mekah sudah ada sebelum suku Khuzaa’h
berimigrasi dari Yaman, tentunya Mekah telah jadi tempat mereka mencari
nafkah. Mereka menunggu lebih dari 170-200 tahun sebelum akhirnya
membangun kota tersebut, yang menjadi saingan Yathrib sebagai tempat
istirahat para kafilah, yang berjarak 200 mil ke utara. Mereka lalu
menamakan gardu/stasiun tersebut sebagai Mekah.
Penting untuk diingat bahwasanya tiada
suku apapun dari Yaman yang menghuni Mekah. Jika Mekah sudah ada di
jaman bendungan Ma’rib hancur (sekitar 150 M), maka tentunya akan
banyak suku² Yaman yang tinggal di Mekah, karena letaknya lebih dekat
ke Yaman daripada kota Yathrib. Karena daerah Mekah dulu kosong dan
terasing, suku² Ozd dan Khuzaa’h tertarik untuk tinggal di situ,
meskipun dulu mereka tinggal di kota besar Ma’rib, yang merupakan
ibukota Saba. Akhirnya suku Khuzaa’h membangun Mekah pada abad ke-4 M.
Mari kita ulas beberapa fakta historis
yang penting. Aku telah menunjukkan bagaimana suku Khuzaa’h dari Yaman
mendirikan kota Mekah di abad ke-4 M. Kita juga telah melihat koneksi
kuil Ka’bah di Mekah dengan ibadah agama pagan Yaman. Semua ini
membuktikan klaim Islam bahwa Abraham dan Ishmael mendirikan Ka’bah di
Mekah sungguhlah bertentangan dengan fakta² sejarah. Membangun iman
dengan landasan pasir adalah tindakan tak bijaksana. Kepercayaan yang
tak memiliki fakta sejarah yang benar tidaklah tepat untuk dijadikan
pedoman hidup.
sumber:http://islaminlightofhistory.wordpress.com/2011/03/24/bagian-2-10-sejarah-sebenarnya-pembangunan-ka%E2%80%99bah-di-mekah/
0 komentar:
Posting Komentar