Jika memiliki rencana
berkunjung ke Perancis atau negara penghasil anggur jangan lupa mampir
ke kebun anggur. Cobalah ikut serta memetik anggur sebab bisa saja ini
terakhir kalinya wisatawan dapat memetik dan melihat para pekerja
perkebunan anggur ikut memetik bahan dasar pembuatan wine itu.
Misalnya Akki, pertengahan tahun lalu
sengaja datang ke perkebunan anggur di Australia. Pagi buta dia bangun,
mempersiapkan sarapan, dan ikut pekerja pemetik berkeliling kebun
anggur. Akki beruntung, masih bisa memetik dan berkeliling di perkebunan
anggur.
Kini para pemilik perkebunan memiliki
pekerja baru yang lebih efektif ketimbang harus mempekerjakan puluhan
orang untuk mengurusi kebun anggur. Pemetik anggur yang baru ini bisa
bekerja sepanjang hari tanpa ada keluhan lelah. Pemilik kebun bahkan
tidak perlu memberikan izin sakit pada pekerja baru itu.
Pekerja baru itu juga dapat melakukan
berbagai hal bukan hanya memetik anggur. Ia dapat memeriksa kondisi
pohon yang terserang hama. Sungguh istimewa, cukup satu pekerja untuk
melakukan banyak hal di perkebunan anggur. Superman kah pekerja baru
itu? Jawabnya bukan, ia robot. Adalah Christope Millot, penemu asal
Burgundy, Perancis yang merancang robot pekerja di perkebunan anggur.
“Robot ini bersifat padat karya, ia
dapat melakukan pemangkasan tunas, mengumpulkan data terkait kondisi
tanaman, tanah dan buah anggur,” kata Millot, seperti yang dilansir dari
dailymail.com
Millot membuat robot ini bisa berpindah dari satu pohon ke pohon anggur lainnya. Bahkan robot ini mampu melacak, mengenali sifat tanaman, menangkap, dan merekam data. Millot menamai robot ciptaannya The Wall-Ye V.I.N robot.
Lebih lanjut Millot mengatakan, robot
ini memiliki Global Positioning System (GPS) sehingga mudah melacak
tanaman anggur yang bermasalah. Selain itu robot juga mengetahui anggur
mana yang layak petik dan mana yang belum. Jika sudah terlacak, maka
robot akan mengirim pesan kepada pemetik anggur dan mereka akan datang
mengambil anggur yang sudah matang.
Ide Millot itu datang ketika liburan
musim panas. Seorang pemilik perkebunan anggur datang kepadanya. Ia
mengeluh membutuhkan pekerja tangguh untuk menipiskan daun pada
perkebunannya yang besar. Padahal ia hanya memiliki sedikit pekerja.
“Saya akan membuatkanmu sebuah
robot,” kata Millot pada kliennya tersebut. Millot pun mulai merancang
robot untuk menepati janjinya. Waktu yang diperlukan Millot untuk
membuat robot pekerja tersebut cukup lama, tiga tahun.
Lebih lanjut Millot mengatakan
dia dan rekan satu timnya membutuhkan ribuan jam untuk menyelesaikan
robot tersebut. Tantangan terbesarnya adalah membuat kamera yang dapat
menangkap apa yang robot lihat dan menafsirkannya.
Millot pun memasarkan robot
buatannya ini ke seluruh perkebunan anggur yang ada di Perancis. Dia
membandrol alat ini seharga 25.000 euro atau sekitar US$ 32.000.
Penemuan ini disambut baik oleh
pemilik perkebunan anggur. Patricia Chabrol, pemilik perkebunan anggur
mengatakan alat ini sangat membantu. Sehingga dia tidak perlu lagi
mempekerjakan orang di hari libur atau sampai larut malam.
Chabrol pun lebih memilih robot untuk bekerja di perkebunan anggur miliknya. “Karena lebih murah,” ujarnya memberikan alasan.
Meski demikian, keberadaan
robot ini menimbulkan kontroversi di Perancis, karena angka
penggangguran di negara tersebut mencapai tiga juta orang. Guy Jullien,
rekan satu tim Millot mengakui hal ini. “Namun kami menciptakan lapangan
pekerjaan bagi mereka yang tertarik membuat, memelihara, atau bahkan
mengembangkan robot,” ucapnya.
0 komentar:
Posting Komentar