Masih banyak pemuda-pemudi muslim dan
muslimah yang belum tahu bagaimana cara mendapatkan pasangan yang shalih
dan shalihah, sehingga tidak jarang mereka menempuh cara yang
diharamkan dalam Islam dan mengantarkan mereka kepada perzinahan, baik
zina mata, zina tangan, zina hati sampai zina kemaluan, yaitu dengan
berpacaran.
Alasan mereka, sebelum menikah, setiap
pasangan haruslah saling mengenal satu dengan yang lainnya. Padahal
kenyataannya, untuk saling mengenal tidak mesti dengan berpacaran.
Bahkan realitanya, mereka yang berpacaran akan berusaha menampakkan yang
terbaik di depan pacarnya dan berusaha menyembunyikan kejelekan mereka
agar dapat menikahi pasangannya atau membujuk pasangannya agar mau
melakukan hal-hal yang hanya layak dilakukan oleh suami istri -wal’iyadzubillah-,
sehingga setelah menikah tersingkaplah berbagai macam borok
pasangannya. Akhirnya, masa pacarannya bisa lebih lama daripada masa
pernikahannya.
Bagaimanakah tuntunan Islam untuk memilih pasangan yang shalih dan shalihah, berikut tanya jawab yang diajukan kepada Syaikhu Syaikhina Samaahatul Mufti Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah.
Pertanyaan: Bagaimana cara yang baik dalam memilih istri shalihah?
Jawaban:
[Pertama] Cara mengetahui keshalihan seorang wanita hendaklah bertanya kepada orang yang berilmu dan amanah (yang mengenalnya).
[Kedua] Juga dengan bertanya kepada keluarga wanita tersebut, sampai menjadi jelas bagi pelamar bahwa dia termasuk wanita shalihah.
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
« تنكح المرأة لأربع : لمالها ولحسبها ولجمالها ولدينها ، فاظفر بذات الدين تربت يداك »
“Wanita (biasanya) dinikahi karena
empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya,
dan karena agamanya. Maka utamakanlah yang baik agamanya, niscaya kamu
akan beruntung.” [HR. Al-Bukhari (5090) dan Muslim (1466)]
Dan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
« الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة »
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” [HR. Al-Bukhari (1467)]
Dan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
« المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل »
“Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka lihatlah siapa yang kalian jadikan teman dekat.” [HR. Ahmad (2/334) dan Al-Hakim (4/188, no. 7319)]
Dan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
« مثل الجليس الصالح وجليس السوء
كحامل المسك ونافخ الكير ، فإن حامل المسك إما أن يحذيك وإما أن تبتاع منه ،
وإما أن تجد منه ريحا طيبة ، ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك وإما أن تجد
منه ريحا خبيثا »
“Perumpamaan teman duduk yang baik dan
yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi, sesungguhnya
penjual minyak wangi bisa jadi dia memberikannya kepadamu, ataukah
engkau membelinya, ataukah engkau mendapati darinya harum wanginya.
Adapun pandai besi, bisa jadi membakar pakaianmu ataukah engkau dapati
darinya bau yang jelek.” [HR. Al-Bukhari (5534) dan Muslim (2628)]
Dan hanya Allah Ta’ala yang memberikan taufiq.
0 komentar:
Posting Komentar