Tanaman sakit daunnya mengalami “vein clearing”
dimulai dari daun pucuk, berkembang menjadi kuning terang, tulang daun
menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut
menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman
kerdil dan tidak berbuah. Namun di lapangan tidak semua tanaman cabai
menunjukkan warna kuning terang, tergantung jenis varietas, ketinggian
tempat dan lingkungan.
Teknologi
pengendalian penyakit virus kuning/virus gemini yang sampai dengan saat
ini dikuasai dan diyakini mampu menekan/mengelola serangan adalah
dengan memadukan berbagai cara pengendalian secara terintegrasi dalam
satu kesatuan program.
Berdasarkan hasil kajian dari beberapa literatur sedikitnya adal tujuh cara untuk menangani serangan virus ini yaitu:
Pertama,
penggunaan benih yang sehat dan pembuatan persemaian yang baik sehingga
tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara lebih baik dan secara
fisiologis mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap gangguan OPT.
Kedua, pemanfaatan
kelambu untuk menutup persemaian (pengerondongan persemaian). Kelambu
terbuat dari kain sifon yang dipasang dengan baik dan rapi sehingga
tidak dapat ditembus dan dimasuki oleh vektor kutu kebul (Bemisia
tabaci). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penularan virus sejak
dini.
Ketiga, penyiapan
lahan tanam dengan baik. Keempat, penanaman tanaman pagar (penghalang)
di sekeliling petak pertanaman cabai, untuk menghambat infestasi
serangga vektor (yang berarti menghindari penularan virus). Terdapat
beberapa jenis tanaman pagar yang dapat digunakan antara lain tanaman
jagung dan orok–orok. Tanaman pagar jagung ditanam sebanyak 6 baris
kurang lebih 2–3 minggu sebelum tanam cabai dengan jarak tanam yang
rapat 15–20 cm. Apabila tanaman jagung yang digunakan, dilakukan
beberapa baris tanam dengan selang waktu tanam satu minggu.
Kelima,
sanitasi lingkungan berupa pembersihan dan pemusnahan tanaman inang dan
tanaman yang telah menunjukkan gejala serangan. Keenam, pemasangan
likat kuning (perangkap serangga berwarna kuning yang sudah diberi
perekat). Likat kuning dipasang di areal pertanaman dengan tiang pancang
setinggi + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sebanyak 40
buah/hektar.
Ketujuh,
pemanfaatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobacteria) yaitu merendam
benih yang akan disemai dengan larutan PGPR selama 6–12 jam dengan
konsentrasi larutan 20 ml/liter air. Pemanfaatan PGPR dapat juga
dilakukan dengan cara dilakukan penyiraman larutan PGPR setiap satu
minggu sekali. Kedelapan, apabila dimungkinkan dapat disemprotkan
larutan cairan daun bayam duri atau daun bunga pagoda atau daun nimba
untuk menginduksi ketahanan tanaman.
0 komentar:
Posting Komentar